'Harus banget ya pake skripsi kalo mau lulus kuliah?'
'Yaiyalah..'
'Kok di fakultas lain (ekonomi misalnya) ada mata kuliah pengganti skripsi? Di Teknik kok nggak ada?'
'Karena perkuliahan kita adalah perkuliahan eksakta. Jadi nggak mungkin diganti. Lagi pula, lulus kuliah mah nggak afdol kalo nggak pake skripsi..'
Percakapan dengan seorang teman saya, sekitar empat tahun yang lalu. Di saat itu kami masih sama-sama kuliah di fakultas Teknik. Saya -yang saat itu takut skripsi- bertanya sama seorang teman tentang skripsi yang terdengar begitu menyeramkan. Dan jawaban dia yang mengatakan bahwa 'tanpa skripsi maka tidak afdol' itulah yang membuat pemikiran saya berubah.
Setahun setelah percakapan itu, saya pindah fakultas. Saya menjalani perkuliahan di Ekonomi. Dan benar aja, di fakultas ini memang ada mata kuliah pengganti skripsi. Namun saya malah nggak tertarik karena sudah teracuni pikiran 'tidak skripsi maka tidak afdol'. Dan yang bikin makin nggak tertarik lagi adalah karena perkuliahan tersebut seperti seminar yang ditonton banyak orang. Ugh! Sama aja kea skripsi dong. Malah mending skripsi, yang nonton cuma dosen pembimbing dan penguji saja.
Mungkin saya termasuk orang yang paling nggak nyantai kalo ungkit masalah skripsi. Ya, karena perpindahan fakultas itu yang membuat saya menunda kelulusan selama setahun. Membuat saya mengharuskan diri untuk lulus secepat mungkin. Membuat skripsi, yang menjadi kunci kelulusan terakhir yang belum saya ambil, mejadi momok yang super mengerikan buat saya. Ajaibnya, saya juga sangat menanti skripsi biarpun saya ketakutan setengah mati. Sejak akhir tahun pertama saya kuliah di Ekonomi, saya sangat menanti skripsi. Saya begitu penasaran, seperti apakah skripsi itu. Skripsi pertama yang saya lihat adalah milik kakak saya. Dia mengambil konsentrasi Auditing dan kebetulan bisa lulus tepat waktu. Dan saya, saat itu, berpikir bahwa jika saya mengambil konsentrasi yang sama mungkin saya juga bisa lulus cepat seperti kakak saya.
Tahun demi tahun pun akhirnya berlalu. Tiba lah saya di semester 7. Semester di mana teori saya sudah habis. Di mana saya harus mengambil skripsi yang saya tunggu selama dua tahun. Dan selama dua tahun itu pula saya menyadari bahwa saya dan Auditing itu seperti air dan minyak yang sama sekali tidak bisa menyatu. Dan tentu saja saya harus mencari alternatif lain untuk topik skripsi saya. Masa iya selama tiga tahun kuliah di Ekonomi nggak tau mau ambil konsentrasi apaan. Yakaliiii -_- .. Saya sudah tau kok mau ambil topik apa. Tadinya, saat kuliah Metodologi Penelitian, saya bikin proposal tentang e-ticketing. Nah tadinya saya ingin menjadikan itu sebagai proposal skripsi saya, selain ngirit kertas, waktu dan tenaga, kebetulan judul itu sudah disetujui oleh dosen Metopel saya yang terkenal killer dan disegani oleh dosen lainnya. Tapi, saya nggak pengen jadiin dia dosen pembimbing. Saya udah menentukan (dalam hati) siapa dosen pembimbing saya. Dosen yang saya sempat benci di semester awal gara-gara gosip yang beredar bilang kalau dia pelit nilai dan killer. Dosen yang kemudian menguliahi saya di semester 5 dan 6. Yang berhasil mencuri perhatian saya sejak awal mata kuliah dimulai. Dosen yang pesonanya ngalah-ngalahin Brad Pitt. Dosen yang selalu ngasih saya nilai A untuk semua mata kuliah yang saya ambil dengannya. Cihuy banget lah pokoknya!
Waktu key-in dosen pembimbing, saya nyantai-nyantai aja. Nggak kepikiran bakal kehabisan kuota. Saat waktunya 'klik', eeh laptop saya malah keabisan baterai. Ugh! Tolol bangett naujubillah! Dan saat laptop udah nyala, taraaaaa!! Kuota dosen yang saya inginkan sudah habis aja looh! Plok plok plok! Bagus! Dosen-dosen yang saya cadangkan jadi pembimbing juga udah pada abis. Jadi lah saya diem aja, merenungi nasib. Gimana ini nasib skripsi saya? Terlunta-lunta banget hiks (Lebay!). Akhirnya saya cuma bisa
refresh-refresh page itu sambil berharap dapet kursi untuk dosen tersebut. Ternyata Tuhan sayang banget sama saya. Doa saya dikabulin. Beberapa menit kemudian, kuota dosen saya itu sisa satu. Langsung aja saya klik.
ALHAMDULILLAH! Heloo papa dosen,
i am coming for you huahahahaha!!
Waktu demi waktu berlalu. Tiba waktunya saya bimbingan. Saya bersama beberapa mahasiswa lain yang tersihir oleh pesona si papa dosen dateng ke ruangannya secara gantian. Antri. Saat gilirannya tiba, saya masuk bersama Tarina, teman saya. Kami berdua, kebetulan sudah dihafal oleh papa dosen. Setelah disuruh duduk, kami dikasih kertas. Isinya daftar judul yang nantinya akan kami pakai untuk mengerjakan skripsi. Beliau menjelaskan tentang judul tersebut, sekaligus menyimpulkan hipotesa penelitiannya. Dalam hati saya agak mengeluh, karena saya kan udah nyiapin proposal Metopel yang dulu itu. Nggak jadi ngirit kertas, waktu, dan tenaga deh! Ugh! Tapi ternyata judul yang dikasih papa dosen pun lebih mudah dan simpel. Datanya juga gampang walaupun pake data sekunder. Judul proposal Metopel saya kan pakai kuesioner karena saya males pake data sekunder. Tapi data sekunder yang ini gampang didapat sih.
Alhamdulillah.
So far so good. Skripsi saya, walaupun masih berupa judul, sudah dapat pencerahan. Materi yang enak, Papa dosen yang enak banget, teman skripsi yang kebetulan juga enak diajakin 'ngebut', dan masih banyak enak-enak yang lainnya. Semoga dilancarkan sama Tuhan sampe saya lulus nanti, semoga ditepatkan waktunya sama Tuhan. Amin.
Anyway, ternyata skripsi nggak seseram itu kok. Sekarang saya malah jadi
too excited buat mengerjakan skripsi saya. Percaya deh. Walaupun memang susah juga cari jurnal dan referensi lainnya, walaupun saya masih belum tau seberapa banyak coretan dan silang yang menghiasi skripsi saya nanti, tapi ya memang begitu lah skripsi. Nikmati saja lah setiap langkah yang penuh perjuangan dan doa itu. Benar kata teman saya, 'tidak skripsi tidak afdol'. Karena memang harus ada suatu hal yang besar untuk mengakhiri sesuatu. Harus ada sesuatu yang diperjuangkan agar nantinya hal tersebut lebih kita hargai.
Cheers!!
Note: 'Katanyaaaa' sihh, saat lulus nanti gelar kami bukan Sarjana Ekonomi lagi, melainkan Sarjana Akuntan. Bener nggak yaa?
Let's see very soon