Sudah dua tahun dari terakhir kali saya nulis tentang program hamil. Dan, sampe sekarang saya dan suami masih juga belum dikasih kesempatan untuk punya anak. Sedih, sih. Tapi, ya sudah. Namanya juga takdir Allah. Kita cuma bisa berusaha dan tawakal.
Jujur, menjalani program hamil ini tuh tergantung mood banget. Ada kalanya saya bersemangat sekali untuk program hamil, rajin banget ke dokter untuk cek sel telur dan sebagainya. Tapi, adakalanya juga saya capek dan malas. Rasanya kok nggak selesai-selesai gitu, ya? Kadang suka sedih sendiri, tapi kadang juga suka tegar menghadapi takdir ini. Namanya juga manusia hehe.
Ternyata, sudah 6 tahun lebih saya menikah. Anak menjadi sesuatu yang istimewa bagi kami. Kami rela berdoa lebih sering, merogoh kocek lebih dalam, dan juga meluangkan waktu untuk menjalani program kehamilan. Sudah beberapa dokter saya jelajahi. Sudah beberapa alternatif saya datangi. Mulai dari dokter spesialis obsgyn, dokter andrologi, tes laboratorium yang menyakitkan, akupunktur, pijat hamil, ada pijat akupresur yang juga sakit, minum ramuan-ramuan, vitamin dokter, obat penyubur, USG TransV, semuanya sudah lewat saya jalani. Masya Allah, ternyata sudah sebegini jauhnya saya berjalan.
Perjalanan yang tidak juga membuahkan hasil, akhirnya mengantarkan kami pada satu keputusan yang udah lama disarankan tapi selalu dihindari. Inseminasi Buatan. Akhirnya kami tiba pada bulatnya keputusan untuk inseminasi. Tapi, cerita inseminasi ini nanti akan saya ceritakan di postingan lain. Hari ini, saya cuma pengen sharing tentang perjalanan saya ketemu beberapa dokter SPOG untuk mencari opini tentang infertilitas yang diduga saya dan suami saya alami.
Udah ke dokter mana aja?
1. dr. Enny Setyowaty Pamuji, Sp.OG
Ini adalah dokter pertama yang saya datangi. Referensinya dari sepupu yang sempat promil di sana. Kesan dengan dr. Enny adalah dokternya pinter, tegas, dan komprehensif. Periode kontrol di dr. Enny sekitaran di 2019-2020. Waktu itu, belum ada RS Bunga Bangsa Medika, jadi masih kontrol di rumah prakteknya dr. Enny (di seberang RS yang sekarang). Menurut saya, untuk pemeriksaan awal, dr. Enny cukup memberikan penjelasan yang lengkap, juga pemeriksaan yang cukup bagus. Bahkan, dikasih banyak sekali catatan untuk menunjang program hamil (pantangan makanan, apa aja yang harus dimakan, olahraga, dll). Sayangnya, bagian administrasi dan pendaftarannya kurang bagus. Sistem pendaftaran di waktu itu masih tradisional, kadang molor-molor, dan kadang juga suka meleset perhitungannya. Contoh jeleknya administrasi: kontrol kan berdasarkan masa subur. Nah, bagian admin menghitung masa suburnya dipukul rata di 13-14hari. Kalo untuk pasien baru, okelah. Tapi buat pasien lama, harusnya bisa ngitung dari siklus haid 3 bulan terakhir. Masa kalah sama kalender masa subur yang di hape? Gara-gara ini, saya jadi pernah seminggu kudu 2x kontrol gara2 perhitungan masa subur yang nggak tepat dari adminnya. Antriannya juga buanyak sekali, bisa 2-3 jam sendiri. hiks. Untung dokternya pinter. Mudah-mudahan sekarang sistem administrasinya udah baik ya, karena sayang juga kalo dokternya bagus banget tapi administrasinya buruk.
Di sini, saya sudah melalui pemeriksaan: Progesteron (2x), Analisis Sperma, dan HSG. Semua dilakukan di lab (baca
thread program hamil saya
di sini). Hasilnya semua NORMAL.
Saat ini, dr. Enny praktek di RS Bunga Bangsa Medika. Dulunya sempat di RS JIH tapi ngga tau apakah saat ini masih praktek di JIH atau enggak. Waktu saya ngecek di webnya JIH sih, sudah tidak ada nama dr.Enny tapi correct me if i'm wrong yah!
Kesimpulan: sel telur baik (kecil-kecil, tapi matang), saluran tuba paten, analisis sperma normal.
2. dr. Rukmono Siswihanto, Sp.OG
Dokter kedua yang saya datangi. Saya cuma dua-tiga kali aja ke sini. Lokasinya ada di Jalan Magelang (Klinik Aulia). Periode ke sini sekitaran di 2021, setelah hiatus program hamil karena covid. Niat awalnya ke sini untuk cari second opinion. Kesan dengan dr. Rukmono adalah dokternya baik banget, lembut, halus, dan memperlakukan pasien dengan sangat-sangat sopan. Di sini, diagnosanya sama seperti dr. Enny, yaitu normal, tapi (sepertinya) dr. Rukmono curiga ada tanda-tanda PCO saat melakukan USG TransV. Bagi dr. Rukmono sih nggak masalah, yang penting kudu olahraga hehe. Di sini antriannya ngga terlalu banyak, tapi cukup lama yah bisa sampe 2 jam (tapi seingat saya ngga separah antrian dr. Enny). Karena prakteknya cukup jauh dan cuma buka praktek seminggu 2x aja, jadi saya nggak lanjut kontrol di sini.
Di sini, saya nggak tes lab apapun karena cuma sebentar aja periode kontrolnya.
Saat ini, dr. Rukmono praktek di Klinik Aulia dan di RS Hermina Jogja.
Kesimpulan: sel telur kecil-kecil tapi matang, ada kecurigaan PCO yang tidak diungkapkan, tidak analisis sperma.
3. Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)
Dokter Hasto adalah dokter ketiga yang saya datangi. Mulai kontrol di dokter Hasto sejak akhir 2021 sampai sekarang (tapi on-off gitu deh, nggak tiap bulan juga kalo sekarang mah). Saya udah malas balik ke dokter yang pertama karena administrasi buruk, dan enggan ke dokter kedua karena jauh. Plus, penasaran juga sama program hamilnya RSKIA Sadewa. FYI, dr. Hasto ini adalah yang empunya RSKIA Sadewa. Beliau hanya praktek di hari Sabtu dengan bayaran seikhlasnya. Bener-bener seikhlasnya dimasukin di kotak mirip kotak amal. Yang seikhlasnya hanya jasa dokternya aja, kalo ada resep dan pengen sekalian ditebus di sana, kita hanya bayar obatnya aja. Masya Allah banget ya?
Ketika memulai program hamil dengan dokter Hasto, seperti biasa kita akan diwawancara di bagian administrasi. Pertanyaannya cukup detail, meskipun enggak sedetail di dokter Enny ya. Di sini bagian administrasinya cukup baik dan antriannya sudah online. Bisa ambil antrian via web, dan nggak perlu repot-repot telpon atau SMS. dr. Hastonya juga baik, meskipun kurang detail. Di sini, dr. Hasto menyimpulkan bahwa saya ada PCO yang ringan, tapi dr. Hastonya nggak khawatir, jadi saya cuma dikasih penyubur aja supaya sel telurnya gede.
Ketika jadwal kontrol saya bener-bener PAS di masa subur, bisa dicek perkembangan sel telurnya apakah sempurna atau tidak. Selama saya promil dengan dokter Hasto, awalnya sel telur saya nggak pernah bisa tumbuh besar. Hingga akhirnya, dari bulan ke bulan, akhinya sel telur saya bisa lumayan sering tumbuh normal, walaupun cuma ada satu sel telur dan besarannya mepet dengan batas bawah. Kalo lagi minum obat penyubur tuh sel telurnya bisa gede seperti orang normal dan nggak mepet batas bawah (which is nggak setiap siklus saya minum obat ini, karena kadang dokter Hasto pengen lihat perkembangan sel telur tanpa dipacu penyubur). Kadang-kadang juga sel telurnya nggak berkembang sempurna yang berimplikasi pada telatnya menstruasi saya. Karena saya bisa tiap minggu kontrol di dr. Hasto untuk ngecek sel telur pakai USG TransV, jadinya saya lumayan bisa mengenali siklus reproduksi saya. Misalnya, cairan yang keluar saat masa subur dibandingkan dengan besaran sel telur yang berkembang. Jadi lumayan rada pinteran dikit buat bisa mengenali masa subur sendiri.
Saat ini, dr. Hasto hanya praktek di Sadewa IVF Center di hari Sabtu.
Kesimpulan (sebelum inseminasi buatan):
sel telur baik (kecil tapi matang), sel tuba paten (masih pake hasil HSG 2019) ada gaya-gaya PCO ringan yang kemudian diralat menjadi tidak PCO, hasil analisis sperma teratozoospermia tetapi tidak menghambat program hamil
Kesimpulan (setelah inseminasi buatan):
sel telur baik (kecil dan matang), tes ulang HSG 2024 dan saluran tuba kanan tersumbat, dan dikasih metformin sama dr. Hasto.
Next, saya akan tulis lagi perjalanan program hamil pasca inseminasi buatan.
4. dr. Agung Dewanto, Sp.OG, subsp.FER, Ph.D
Di awal program hamil saya dengan dr. Hasto, saya sempat sekali ke dr. Agung. Waktu itu, saya kira saya bisa pindah-pindah dokter asalkan masih tetap di IVF Center Sadewa, tanpa harus ngulang lagi dari awal. Ternyata, meskipun di tempat yang sama, kalo ganti dokter tetep aja ngulang dari awal (diwawancara ulang, lalu dicek semuanya dari awal, dan blablabla). Jadi, ternyata tetep kudu konsisten sist! (kecuali memang mau pindah dokter atau mau cari opini lain).
Tapi karena sudah terlanjur daftar dokter Agung, akhirnya saya cobain aja deh kontrol dengan beliau. Di luar dugaan, ternyata dr. Agung lebih detail daripada dr. Hasto. Di bagian pendaftaran aja, ketika wawancara, pertanyaannya juga lebih banyak dan lebih detail dari dr. Hasto. Ketika ketemu dengan dokternya pun, ternyata lebih detail, karena saya di USG TransV ketika sedang haid. Tapi, jadinya saya kurang nyaman hiks. Meskipun begitu, banyak sekali detail-detail yang dijelaskan oleh dr. Agung. Dan, karena kontrol dengan dr. Agung, suami saya jadi ngulang lagi tes sperma dan jadi ketahuan kalo sperma suami leukositosis dan teratozoospermia.
Hmm.. gara-gara nulis tentang dr. Agung, jadi kepikiran pengen program hamil bareng beliau hehehe.
Saat ini, dr. Agung praktek di Sadewa IVF Center dan Klinik Infertilitas Permata Hati (RSUP dr. Sardjito).
Kesimpulan: tidak ada (karena cuma kontrol 1x), tetapi mendapat rujukan ke dokter andrologi.
5. dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG
Saya nyobain kontrol dengan dr. Alfaina di akhir 2022 sampai awal-awal 2023, karena hasil teracuni temen saya yang berhasil hamil dengan beliau. Berdasarkan pengalaman di IVF Center Sadewa, yang mana harus konsisten dengan dokter, akhirnya saya ngeburu dr. Alfaina di RS-RS di mana beliau praktek. Saya inisiatif pake buku promil sendiri supaya punya record dengan dr. Alfaina, meskipun berubah-ubah RSnya. Awalnya di AMC lalu di PKU Gamping, lalu akhirnya balik lagi ke AMC hehehe. Kesimpulannya, ternyata program hamil di AMC lebih nyaman dan lebih murah daripada di PKU hahaha! Tapi, di AMC pendaftarannya nggak secanggih di PKU atau Sadewa. Mirip-mirip di dr. Enny dulu, cuma bedanya ini bisa via WA. Dan daftarnya ngga bisa jauh-jauh hari. Lumayan deg-degan juga ya, takut nggak kebagian nomor antrean.
Oke, balik ke dr. Alfaina. Seperti biasa ya, ngulang lagi ditanya-tanya seputar per-promil-an, udah ke dokter mana aja, udah tes apa aja, dan lain sebagainya, berikut dengan hasil tesnya yang dicopy untuk diamati oleh dokter. Setelah nunggu berjam-jam, akhirnya saya masuk ke ruangan dokter. Saat itu lagi haid hari kedua, dan di USG TransV. Tetep nggak nyaman, tapi karena dr. Alfaina baik dan lembut banget, akhirnya saya bisa lumayan rileks. Next, lanjut kontrol saat masa subur buat dipantau sel telurnya (saya lupa apakah saya minum obat penyubur atau enggak). Di sini, dokter Alfaina bilang kalo saya nggak ada tanda-tanda PCO karena sel telurnya normal-normal aja. dr. Alfaina juga meresepkan vitamin (ovacare) untuk saya dan oligocare untuk suami. Setelah satu atau dua siklus (lupa tepatnya) dan masih belum hamil juga, akhirnya dr. Alfaina menyarankan untuk inseminasi. Pertimbangannya karena dianggap normal dan tidak ada sumbatan tuba (hasil HSG tahun 2019). Hasil sperma suami juga masih bisa untuk hamil alami. Bahkan, saat itu saya bener-bener memastikan ke dr. Alfaina apakah saya PCO dan harus minum obat untuk menormalkan hormon, tapi katanya nggak ada PCO. Tapi karena nggak hamil-hamil juga, jadinya disarankan inseminasi. Karena waktu itu saya belum siap untuk inseminasi, akhirnya saya mundur deh dan balik lagi kontrol di dr. Hasto untuk rutin cek sel telur.
Saat ini dr. Alfaina praktek di RS AMC Muhammadiyah, RS PKU Muhammadiyah Gamping, dan RS PKU Muhammadiyah Bantul.
Kesimpulan: sel telur baik, saluran tuba paten, suami masih terato, tidak ada PCO. Disarankan inseminasi buatan.
6. Prof. dr. Moch. Anwar, M.Med.Sc., SpOG (K)
Prof. Anwar adalah dokter senior yang jadi salah satu pemimpin Morula IVF cabang Jogja. Saya udah sering banget dengar nama Prof. Anwar, karena saudara saya pernah operasi kista dengan beliau. Tante saya juga selalu kontrol kehamilan dengan Prof. Anwar. Tapi, saya nggak pernah kepikiran untuk program hamil ke beliau. Baru deh, ketika sudah putus asa di 2023, akhirnya saya coba promil ke Prof. Anwar.
Prof. Anwar adalah pemilik RSKIA Bhakti Ibu. Saat ke sana, RSnya sepi banget. Tapi di luar dugaan, perawatnya baik dan cukup informatif. Wawancaranya nggak terlalu detail, dan hasil lab saya juga dicopy untuk diamati oleh dokter. Kesan saya terhadap Prof. Anwar adalah beliau halus dan lembut sekali. Hanya aja, saya kurang nyaman ketika USG TransV dengan beliau. Terbiasa disiapkan USG TransV oleh perawat/bidan dan dokter hanya tinggal memantau sambil menggerakkan alatnya (kondisi bagian bawah sudah tertutup selimut). Di sini, Prof. Anwar yang menyiapkan langsung USG TransV, jadi personally agak kurang nyaman hehehe. Kontrol di sini cukup lengkap, mendapatkan buku panduan dari morula juga. Saya di sini kontrol selama dua siklus, dan hasilnya mirip dengan dr. Alfaina, yaitu berakhir dengan tawaran inseminasi. Di sini, saya mulai mempertimbangkan untuk inseminasi dan mulai membandingkan ke beberapa klinik dan dokternya. Sama seperti dr. Alfaina, saya memastikan lagi ke Prof. Anwar tentang PCO, dan beliau bilang bahwa tidak ada PCO di saya.
Kontrol di sini lumayan mahal, karena dokternya sudah profesor dan senior. Tapi untuk biaya inseminasinya (di Bhakti Ibu) kurang lebih sama saja dengan klinik atau RSKIA lainnya.
Saat ini, Prof Anwar praktek di RS JIH (khusus di Morula IVF) dan di RSKIA Bhakti Ibu.
Kesimpulan: sel telur baik, saluran tuba paten (HSG 2019), suami masih terato, tidak ada PCO. Disarankan inseminasi buatan.
7. dr. Estya Dewi Widyasari, SpOG
Masih belum puas dengan opini dokter-dokter yang berpengalaman, akhirnya saya mencoba ke dr. Estya yang praktek di Wirobrajan. Ini adalah rekomendasi dari istrinya mantan yang kontrol kehamilan di sini, katanya dokternya halus lembut dan biayanya terjangkau. Oke, akhirnya saya coba kemari.
Di sini, dokternya meminta saya kembali ke dr. Hasto :') Katanya, lebih baik promilnya dilanjutkan dengan dokter Hasto, dan disarankan untuk inseminasi buatan atau tiup rahim. Mengkonsumsi obat penyubur (seperti dipthen atau profertil) ternyata ada masanya, dan dikatakan tidak efektif jika sudah melebihi limit (misal diminum 6x siklus berturut-turut, cmiiw). dr. Estya tidak bisa mengakomodir inseminasi dan tiup rahim di kliniknya, sehingga disarankan untuk kembali ke dr. Hasto saja. Hiks.
Kesannya adalah, dokter ini baiiiik banget! Halus banget dan nggak pelit informasi. Beliau bisa menjelaskan selengkap dokter Enny dengan kelembutan seperti dr. Alfaina. Masya Allah. Langsung saya tandain dr. Estya buat jadi pilihan kontrol ketika saya hamil nanti, meskipun lumayan jauh dari rumah hehe.
Saat ini, dr. Estya praktek di RS Panti Rapih, RS Siloam, dan di Klinik pribadinya di Jl. Hos Cokroaminoto (Wirobrajan)
Kesimpulan: tidak ada (karena cuma kontrol 1x), tetapi mendapat rekomendasi inseminasi buatan.
8. Dr. dr. Shofwal Widad, Sp.OG, Subsp.FER
Ketika akhirnya saya mempertimbangkan untuk inseminasi, di akhir 2023 saya memutuskan untuk kontrol dengan dr. Widad. Dokter yang satu ini sudah sangat terkenal dengan antriannya yang membludak sehingga butuh waktu berbulan sebelumnya untuk bisa booking antrean. Saya mantau terus di antrian Sadewa juga Permata Hati, dan akhirnya kebagian antrean di Klinik Permata Hati Sardjito.
Klinik Permata Hati berada di dalam kawasan RSUP dr. Sardjito. Sistem antriannya online, tapi nanti diurutkan lagi sesuai kedatangan. Petugas pendaftarannya baik dan pertanyaannya lumayan detail (tapi ga kayak dr. Enny, kesimpulannya adalah wawancara pendaftaran di dr. Enny adalah yang terlengkap). Tapi database di sini bagus banget, karena mereka bahkan tau kalo saya lahirnya juga di RSUP dr. Sardjito hehe.
Ketika bertemu dr. Widad, langsung di USG TransV dan saya juga nggak pake basa-basi langsung bilang mau inseminasi sekaligus menceritakan riwayat per-promil-an. dr. Widad juga nggak banyak basa-basi, langsung aja menerangkan proses inseminasi berikut dengan tindakan pre-postnya.
Karena mau inseminasi di Sadewa, jadinya saya ngehubungin admin dan dicarikan antrian online tercepat. Biasanya yang mau inseminasi dapat antrian khusus, selebihnya yaaa ngantre kayak biasanya. Makanya saya shortcut aja ke Permata Hati dulu untuk janjian sama dr. Widad supaya nanti ke Sadewanya bisa langsung bilang kalo udah janjian hahaha!
Kesan dengan dr. Widad, beliau nggak banyak bicara, nggak banyak bercanda, serius tapi santai, sopan, dan penjelasannya sangat jelas meskipun irit-irit bicara. Tipe-tipe dokter yang menyenangkan buat saya karena saya sendiri nggak terlalu suka dokter yang judes tapi juga nggak suka dokter yang kebanyakan bercanda. dr. Widad bener-bener mempresentasikan dokter yang pas banget buat saya, meskipun saya juga suka sama dr. Hasto dan dokter-dokter lainnya juga hehe.
Saat ini, dr. Widad praktek di Sadewa IVF Center dan Klinik Infertilitas Permata Hati (RSUP dr. Sardjito).
***
Anyway, selain dokter obsgyn, berikut ini adalah dokter Andrologi yang pernah kami kunjungi. Buat yang masih belum aware dengan dokter Andrologi, mereka adalah dokter spesialis reproduksi pria. Kalo mau konsultasi tentang reproduksi wanita kan ke dokter kandungan (obsgyn), nah kalo reproduksi pria namanya dokter Andrologi.
1. dr. Seso Sulijaya Suyono, Sp.And
Pertama kali ke dokter andrologi adalah ke dr. Seso. Dapat rujukan dari dr. Agung untuk analisis sperma, dan karena hasilnya kurang baik (saat itu teratozoospermia 1% dan leukositosis), akhirnya kami berkunjung ke dr. Seso di Sadewa IVF Center.
Kesan dengan dr. Seso adalah komunikatif, penjelasan jelas, dan banyak memberikan opsi. Sepanjang kami berobat ke dr. Seso, rasanya cukup oke meskipun ternyata vitamin dan obat-obatannya mahal banget, dan solusi yang diberikan cukup membuat kami berpikir (misalnya: terapi hormon injeksi, inseminasi, atau operasi varikokel, dll). dr. Seso juga sangat baik untuk memberikan nomor HPnya supaya kami bisa bertanya via WA. Dari dr. Seso kami belajar bahwa ternyata persiapan program hamil itu harus dipersiapkan sedini mungkin dari kedua pihak (suami dan istri). Selama ini kan yang dicek selalu istri duluan, kan? Jarang banget ada yang program hamil trus ujug-ujug langsung ke Andrologi, pasti sebelumnya dapat rujukan dari Obsgyn terlebih dahulu kaya saya gini. Dan setelah terapi hormon dengan dr. Seso, sperma normal suami lumayan ada kenaikan walaupun masih terato. dr. Seso juga cukup konservatif sehingga menyarankan kami untuk segera inseminasi karena keluhannya tidak hanya pada suami terato, namun juga dari istri yang PCO (dari diagnosa awal dr. Hasto).
Ketika kami pada akhirnya inseminasi, dr. Seso adalah dokter yang in charge dalam mereparasi sperma suami, dan interaksinya sangat baik dan menenangkan kami. Penjelasannya (seperti biasa) komplit dan komunikatif, sehingga dari kami tidak ada keraguan sama sekali.
Saat ini, dr. Seso praktek di Sadewa IVF Center dan RSIA Gladiool (Magelang).
Kesimpulan: suami teratozoospermia dan ada varikokel, istri PCO ringan (pakai diagnosa awal dr. Hasto), disarankan inseminasi buatan.
2. Dr. dr. Dicky Moch. Rizal, M.Kes, Sp.And, AIFM
Ketika dr. Dicky masih praktek di Sadewa, pasiennya selalu penuh. Kami nggak pernah bisa kebagian antrian. Makanya, ketika akhirnya bisa dapat jadwal dari dr. Dicky, rasanya happy dan excited banget. Penasaran, kayak apa sih penjelasan dokternya?
Ternyata, dr. Dicky sangat-sangat komprehensif. Mungkin karena beliau juga seorang dosen, jadi semua penjelasannya berdasarkan hasil penelitian/jurnal yang sudah teruji klinis. Kami ditanya panjang kali lebar tentang tujuan kami sebenarnya apa? Karena kalo mau hamil alami, dengan sperma terato ini masih sangat bisa. Tapi jika ada kondisi rush yang menyebabkan promil jadi harus disegerakan (misal usia, atau lainnya), yaa silakan saja inseminasi. Indikator kesehatan sperma itu tidak hanya ditentukan dari hasil akhirnya, apalagi untuk kasus suami adalah terato, yang mana bentuk sperma tidak normal. dr. Dicky juga mempertimbangkan aspek-aspek lain (misalnya volume, total sperma motil, sperma progresif, dll), sehingga membuat kami agak sedikit bernapas lega. Konsultasi dengan dr. Dicky bisa cukup lama (sekitar 15-20menitan, bahkan pernah kami konsul sampe setengah jam sendiri), karena dr. Dicky benar-benar menjelaskan dengan lengkap bahkan menunggu pertanyaan dari kami. Puas banget rasanya, sayang banget sekarang dr. Dicky udah enggak di Sadewa lagi (pas banget bertepatan dengan jadwal insem kami, dr. Dicky sudah tidak praktek di Sadewa hiks).
Saat ini, dr. Dicky praktek di RS JIH, Morula IVF, Klinik Infertilitas Permata Hati (RSUP dr. Sardjito), dan RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Kesimpulan: suami teratozoospermia, tapi diyakini dr. Dicky masih bisa hamil alami.
***
Wheeeuw, lumayan banyak juga ternyata. Semoga bisa bermanfaat buat kalian yang lagi cari referensi dokter obsgyn dan dokter andrologi untuk program hamil. Dan semoga bagi pejuang garis dua, kita bisa disegerakan untuk bisa hamil dan punya anak dari rahim kita sendiri. AAMIIN YAA ROBBAL ALAAMIIN!
Semangat!