Jalan-jalan Saat Pandemi Covid19: Studio Alam Gamplong (Sleman) & Kopi Klotok Menoreh, Kulon Progo, DI Yogyakarta

Jalan-jalannya kapan, postingnya kapan. Hmmmm..........

Baiklah, ini adalah jalan-jalan yang udah dilakukan sekitar 6 bulan yang lalu. Saat itu kasus covid di Jogja masih belum se-meledak saat ini yang udah berlipat dari hari itu. Sekarang sih, boro-boro piknik ya, mau ke pasar beli bahan-bahan di kulkas aja udah takutnya setengah mati. Pake masker dobel, helm nggak dicopot dan kacanya ditutup. Udah berasa kayak maling ayam. Tapi demi kesehatan, apalagi saya pernah kena covid, apapun akan ku lakukan supaya nggak tertular lagi.


Hari itu, di awal Februari 2021. Masih awal-awal tahun. Setelah hampir satu tahun nggak ke mana-mana kecuali ke kantor dan belanja kebutuhan sehari-hari, akhirnya saya dan Vido memberanikan diri untuk pergi ke suatu tempat. Kami pergi berempat bersama teman kami yang juga suami istri. Double date ceritanya. Hari itu kami memutuskan untuk ke Studio Alam Gamplong milik Mas Hanung Bramantyo. Belum pernah ke sana dan udah lama banget pengen ke sana entah dari kapan nggak pernah kesampean. Akhirnya kami pun cuss.

Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam dari kota Jogja menuju ke arah barat. Sebenernya nggak nyampe satu jam tapi kami mampir-mampir dulu jadinya lama. Antri drive-thru buat sarapan lah, berhenti beli air mineral sama snacks lah, belum lagi di jalan ternyata cukup macet jadi akhirnya setelah satu jam, kami baru nyampe ke lokasi.

Studio Alam Gamplong terletak di Kecamatan Moyudan, Sleman. Biarpun masuk Sleman, tapi studio ini mepet banget sama Kulon Progo. Tadinya, saya malah taunya Gamplong itu di Kulon Progo. Oke next, parkirannya kayak semacam lapangan berumput gitu, tapi bisa muat banyak mobil dan motor. Dari parkiran, motor sudah berjejer banyak sekali. Mobil pun juga gitu. Dalam hati udah deg-degan, jangan-jangan di dalam rame dan berdesakan. Di sini nggak ada tiket masuk, tapi ada wadah yang dijagain karyawan untuk bayar seikhlasnya. Plus, ada tiket berbayar khusus buat yang mau masuk di 4 lokasi (seperti rumah Ainun, rumahnya yang buat syuting Bumi Manusia, terus apalagi yah lupa). Sebelum masuk sini, kita diharuskan untuk isi daftar hadir pake QR Code. Jika bawa kamera (kecuali kamera hape), harus diregistrasikan juga di pos masuk. Tenang, nggak kena charge kok!

Alhamdulillah biarpun banyak orang, tapi suasana nggak rame-rame amat. Kami pun bisa jaga jarak. Susahnya sih karena harus antri foto yah. Tapi lumayan lah nggak lama-lama banget antrinya. Dan di setiap titik tertentu, ada petugas yang jagain supaya pengunjung nggak lepas masker (kecuali saat foto).

Berhubung kami nggak beli tiket berbayar untuk masuk rumah Bumi Manusia dan Ainun, jadi kami hanya melihat-lihat bangunan tempo dulu yang lainnya. Cukup bagus sih, dan beberapa udah berubah dari bangunan awal studio ini dibangun. Misalnya, dulu ada toko obat sehat, sekarang bangunannya sudah diganti yang lain. Sepertinya sih disesuaikan dengan kebutuhan syutingnya. 

 





Mas Hanung is totally brilliant! Hebat banget bisa bikin lokasi syuting yang bener-bener total dan besaaaar banget. Bisa untuk beberapa jenis film, bahkan ada juga set untuk film kolosal (tapi sayangnya nggak dibuka untuk umum). Poin plusnya adalah bisa dijadiin tempat wisata saat lagi nggak dipake syuting. Kelemahannya, saat dipake syuting mendadak yaaa pengunjung harus buru-buru cabut dari tempat itu. Dulu, kantor saya pernah mau adain anniversary concert di situ, tapi nggak jadi karena kita nggak bisa bener-bener totally sewa tempat itu. Jika sewaktu-waktu Mas Hanung butuh syuting, kita harus buru-buru pergi dan beresin panggungnya. Well, nggak salah sih since that place is indeed for taking movie scenes only yekan. Piknik mah bonus doang.






Lumayan banget sih tempatnya buat foto-foto. Tapi karena kamera saya lagi ketlingsut entah di mana, jadinya foto-foto cuma pake kamera hape aja hiks.



foto berempat

narsis week!


Pulang dari Gamplong, kita dah mulai kelaperan. Akhirnya temen saya ngajakin makan ke Kopi Klotok di area Kulon Progo. Wah, deg-degan nih karena pasti prasmanan dan rame. Tapi ya udah lah pasrah karena nggak enak sama temen. Lalu kami pun meluncur ke Kopi Klotok Menoreh. Di sekitar sini banyak tempat ngopi semacam ini, jadi tinggal pilih aja mana yang paling enak (atau yang paling sepi).


Begitu masuk ke restorannya, kami disuruh pakai hand sanitizer dulu. Bagi yang nggak pake masker, disuruh pake masker (mereka sediakan masker bagi yang nggak bawa). Semua karyawan pakai masker (biarpun ada mbak-mbak yang maskernya di dagu) dan tempat makan banyak yang dikosongi supaya bisa social distancing. Di bagian prasmanan juga cukup prokes, karena kami harus pakai hand sanitizer sebelum pegang piring dan sendok. Prasmanan harus diambilkan oleh petugas. Kalo mau ambil prasmanannya sendiri, harus pake plastic gloves. Cucok lah ya!


menu khas kopi klotok: nasi, jangan ndeso, dan telur dadar.


Suasananya sendiri cukup sejuk dan asri, karena sekeliling masih banyak sawah hijau. Restorannya pun semi outdoor berbentuk pendapa dan ada beberapa kursi yang di taruh di area outdoor. Ada beberapa spot yang cukup unik buat difoto. Makanannya cukup enak biar pun harganya agak mahal ya. Yaaah, standar harga restoran semacem gini lah. Tapi dengan suasana yang cukup sejuk dan makanan yang cukup enak, restoran ini worth to visit lah ya. Apalagi prokesnya oke banget (kecuali untuk seorang karyawan yang maskernya selalu di dagu huft!).




Seneng banget rasanya bisa pergi keluar rumah dan jalan-jalan ke suatu tempat, biarpun rasanya masih takut dan was-was. Yah semoga pandeminya segera berakhir supaya semua orang bisa jalan-jalan tanpa rasa takut dan harus pake masker ke mana-mana. Yuk semua dimulai dari diri sendiri, selalu pake masker, cuci tangan pake sabun, jaga jarak, dan jangan takut untuk vaksin supaya distribusi vaksin makin merata dan herd immunity makin cepet terbentuk. Makin sedikit orang yang terinfeksi, makin sehat bumi pertiwi. Cheers!




See you at my another journey!





0 komentar