Dear Dewi 'Dee' Lestari...



Dear Dee.

Sebelumnya, saya nggak tau gimana saya harus memanggil seorang Dee Lestari. Usia kita belasan tahun jaraknya dan saya bingung bagaimana saya harus menyapa Dee. Kalau saya panggil 'Kak Dee' kurang pantas karena usia yang terpaut jauh, tetapi dipanggil 'Tante Dee' lebih nggak pantas lagi karena saya rasa Dee terlalu muda dipanggil tante. Akhirnya, saya hanya akan panggil 'Dee' saja, karena biasanya orang bule hanya memanggil nama bagi seseorang yang bukan orangtua ataupun keluarganya--tanpa mengurangi rasa hormat. Dan inilah surat digital saya untuk Dee..

Saya hanya seseorang biasa yang bahkan tidak tau apa itu sastra. Saya nggak pernah bisa ataupun mengerti grammar dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saya hanyalah penikmat buah dari para pembuat karya dari sastra, yang bisa saya petik untuk dinikmati bersama pecinta sastra yang lain, yang mungkin hanya bisa mencintai sastra tanpa tau definisi sesungguhnya.

Saya mengenal Dee lewat lagu-lagu yang Dee nyanyikan. Dan sejujurnya, saya tidak terlalu ngeh dengan Dee di dunia musik. Saya hanya sebatas menyukai lagu yang Dee nyanyikan 'Malaikat Juga Tahu', tidak lebih menyukai ini daripada saya menyukai lagu 'Firasat'nya Marcell, yang ternyata itu ciptaan Dee sendiri. Dan seandainya Dee tidak mengeluarkan buku 'Perahu Kertas', mungkin selamanya saya tidak akan pernah mengenal Dee.

Bermula dari kakak saya yang baru saja mendapatkan pekerjaan. Dan saat dia gajian, kami sekeluarga besar mendapatkan hadiah darinya. Kebetulan saya memiliki seorang Tante yang sangat suka membaca, dia juga pecinta sastra dan kakak saya memberinya novel 'Perahu Kertas' sebagai hadiah dari gajiannya itu. Kakak saya adalah pecinta film Perahu Kertas. Saya sendiri tidak terlalu tertarik pada perahu kertas, karena (sejujurnya) saya sudah underestimate sama film Indonesia (walaupun masih suka nonton). Saat itu saya berfikir bahwa perahu kertas akan sama seperti film cinta remaja lainnya yang terlalu menye dan simpel. Saat Tante saya membuka bungkus hadiahnya, dia langsung berteriak,"Wow! Novelnya Dee!" dan dalam sekejap mata dia langsung menyelesaikan novel tersebut. 
Setelah Tante saya selesai membaca, dia langsung menawarkan saya untuk membaca perahu kertasnya. Saya hanya tersenyum meremehkan. Tante saya berkata,"Ini yang nulis Dee loh, Ke!" dia tidak memedulikan wajah bingung saya karena tidak mengenal siapa itu Dee. Saya hanya bertanya padanya "Dee siapa sih, Te?" dan dia menjawab bahwa Dee adalah yang menyanyikan lagu 'Malaikat Juga Tahu', yang menciptakan lagu 'Firasat', dan terakhir dia bilang bahwa Dee adalah penulis 'Supernova'. Dengan makin bingung saya bertanya apa itu Supernova. Kemudian Tante saya membuka lemari koleksi bukunya dan mengambil buku bersampul kado yang sudah agak lusuh. 
"Ini novel Tante jaman kuliah, Ke. Dee itu bukunya bagus-bagus. Yang ini judulnya 'Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh'. Sebenernya Tante juga punya yang 'Akar', tapi ini dicari kok nggak ketemu-ketemu ya?" dia berkata sambil menyerahkan novel Supernova dan perahu kertas. Saya agak sangsi, beranggapan bahwa ini akan sama dengan novel cinta lain yang sudah saya baca. Tapi akhirnya saya bawa pulang juga, dan mencoba untuk membaca karya Dee.

Ratusan novel yang saya baca, tidak pernah satu kalipun saya tau kalau Dee adalah seorang penulis--penulis yang hebat--sangat hebat. Apakah saya yang tidak melebarkan wawasan sehingga hanya membaca di lingkup yang itu-itu saja? 

Saya membaca Perahu Kertas lebih dulu. Dan Dee perlu tau, begitu saya mulai membaca prolognya, saya tidak pernah bisa berhenti membaca sampai akhir. Bahkan, saya rela tidak memerhatikan dosen saat kuliah hanya untuk membaca Perahu Kertasnya Dee. Dan segala kenegatifan tentang Dee yang telah saya rasakan dan saya ungkapkan, detik itu juga langsung saya delete. langsung saya hapus. langsung saya lenyapkan. Perahu Kertas adalah novel yang amat sangat bagus, berhasil menarik ulur emosi saya, dengan alur dan bahasa yang sangat enak diikuti dan dibaca. Perahu Kertas meninggalkan bekas yang mendalam buat saya, dan saya ingin membacanya, lagi dan lagi. 
Setelah Perahu Kertas, saya tidak meremehkan Dee lagi. Maafkan atas segala perasaan saya yang meremehkan Dee ya, saya nggak bermaksud menghina. Hanya karena saya belum mengenal siapa Dee, tidak seharusnya saya menilai Dee seperti itu. Saya harap Dee mau memaafkan saya ya..
Kemudian saya membaca Supernova 1 (Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh--karena terlalu panjang maka saya sebut saja Supernova 1, nggak apa-apa kan, Dee?). Supernova 1 jauh lebih berat daripada Perahu Kertas yang ringan dan menyenangkan. Hei, tapi bukan berarti Supernova 1 tidak menyenangkan. Hanya aja saya membutuhkan pikiran ekstra untuk memahami yang Dee katakan di novel itu. Banyak catatan kaki yang kurang begitu saya mengerti. Namun makin saya membaca, saya makin mengerti dan makin menyukai ide-ide yang dituangkan Dee. Bahkan saya sangat jatuh cinta pada akhir cerita Supernova 1 yang (sebenarnya) tidak saya duga.

Saya tau Dee tidak suka jika pembacanya hanya meminjam buku, apalagi meminjam buku yang bajakan. Maafkan saya Dee, bahkan saya sampai mendownload e-book novel-novel Dee agar saya bisa terus membacanya kapan saja dimana saja lewat Tab saya. Dan pada akhirnya saya berhasil merampok Papa saya untuk membelikan 'Akar' dan 'Petir' di waktu yang sama. Sebenarnya saya mau minta Supernova 1 dan 'Partikel' sekalian, tetapi Papa bilang kalau dia punya Supernova 1 di Jakarta, dan akan dibawanya saat pulang ke rumah (yang pada akhirnya tidak pernah dibawa pulang ke rumah) dan saya merasa tidak enak jika meminta 'Partikel' juga. Jadilah saya hanya punya 'Akar' dan 'Petir' di rak buku saya. Dan yang membuat saya senang (dan terlihat sangat bodoh) adalah saya membeli buku yang ada tanda tangan Dee. Entah asli atau hanya print dari komputer, yang penting saya senang. Yah, walaupun baru punya 'Akar' dan 'Petir' saja saya harus sudah cukup puas. Tapi Dee, saya janji saya akan beli 'Partikel' bahkan 'Gelombang' pun juga nantinya saya akan membelinya. Tapi tunggu nanti ya, kalau duitnya udah cukupan hehehe...

Sejauh ini, saya hanya belum membaca 'Madre', dan 'Partikel'. Entah kenapa, saya suka sekali dengan cara Dee menuangkan kata-kata dalam karyanya. Saya rasa, dari semua novel yang pernah saya baca, saya baru kali ini menemukan penulis yang sangat unik seperti Dee. Yang sanggup menulis dalam genre tersendiri yang bahasanya baik dan benar, yang sanggup menulis dengan grammar yang tepat, yang sanggup menarik saya masuk ke dalam cerita Dee. Buktinya nih, waktu saya baca 'Filosofi Kopi', saya jadi ngiler pengen banget nyobain Ben's Perfecto. Dimana saya bisa menemukan Ben's Perfecto, Dee?

Kalo Dee nanya, apa novel Dee yang paling saya suka, saya akan jawab saya suka semuanya. Tapi yang paling-paling-paling saya suka adalah 'Petir' dan 'Perahu Kertas'. Entah kenapa, ada sesuatu di 'Petir' yang membuat saya tersambar oleh novel itu. Dan 'Perahu Kertas', meskipun saya bisa menebak akhirnya, tapi saya sangat terkesan dengan cerita yang Dee apungkan dalam Perahu Kertas. Entah kenapa, saya terhipnotis sekali sama dua novel itu, sama ketika saya terhipnotis dengan 'Harry Potter'. 

Nggak tau kenapa, tiba-tiba saya menjadikan Dee sebagai salah satu dari idola saya. Idola. Saat saya masih SMP (atau SD--saya lupa) saya membaca rubrik surat pembaca di beberapa majalah dan tabloid. Dan inilah yang saya lakukan. Menulis untuk Dee, sekedar ingin Dee membacanya, walaupun itu tidak mungkin. Tapi, siapa tau aja Dee nyasar di blog saya dan membaca tulisan saya, sekedar tau bahwa saya sangat-sangat menyukai karya Dee. Sekedar tau, saya dari jutaan orang yang menyukai Dee berusaha untuk menyampaikan bahwa inilah ungkapan saya atas karya-karya yang telah Dee buat dan yang telah saya nikmati. Saya hanya ingin menyampaikan --yang mungkin telah disampaikan banyak orang sebelumnya-- bahwa Dee adalah penulis yang hebat, yang berbeda dari penulis lainnya. Penulis yang cerdas dan berwawasan amat luas.

Dan saya berjanji Dee, walaupun ini sepele, saya akan membeli semua buku Dee.

Note: Saya ingin sekali punya 'Akar' yang cover pertama itu. bahkan yang bolong itupun juga nggak papa. tapi karena saya telat taunya, yasudahlah nggak papa..

0 komentar