Catatan Seorang Sahabat. Part 2.

Surat itu nggak pernah dibalas. Never been sent, although it has been written.

Dua kali dia mengirim surat pada saya. Mungkin lebih. Dua bendel kertas binder yang penuh tulisannya, yang tidak pernah saya balas. Saya hanya sekedar membalas smsnya, mengangkat telponnya, kadang menelpon balik kalo lagi kangen. Saya memang jahat. Saya membiarkannya kesepian.

Bila engkau dapat memahami, matahari menerangi kita dalam kehangatan hingga sang rembulan bersenandung, meninabobokkan seisi dunia dalam lelap, setia tanpa terpaksa.
Bila kau dapat mengerti, sahabat adalah setia dalam suka dan duka kau kan dapat berbagi rasa untuknya. Begitulah seharusnya, jalani kehidupan. Setia, setia, dan tanpa terpaksa.-- Petualangan Sherina (2000)


Sekali lagi, ini bukan cerita cinta. Ini catatan seorang sahabat.

Dan sekalian, kalau kamu baca ini. Saya mohon maaf kalau saya menulis ini. Habis saya kangeeeen sekali sama kamu. I really miss our friendship. I miss a lot of things we've done. A lot of troubles we've made. Sungguhan, saya pengen ada mesin waktu biar semuanya bisa berbalik seperti dulu.

Tapi mesin waktu nggak pernah ada. Saya tertawa menyadari kebodohan saya. Ini realita yang sudah terjadi. Penyesalan atau apapun itu, nggak akan bisa mengubah segalanya. Tapi ijinkan saya berbagi sedikit cerita persahabatan saya. Ijinkan saya menceritakan sepenggal catatan yang mungkin bisa mengurangi beban di hati.

Iya, dia masih sahabat saya. Dia masih jadi sahabat terbaik saya.

Satu bendel suratnya masih tersimpan dengan aman di binder lama saya. Dulunya saya punya dua bendel, tapi yang satu bendel nggak terselamatkan. Hilang, walaupun saya nggak bermaksud menghilangkan. But i still keep another one. Tersimpan lamaaa sekali. Dan pada akhirnya, hati saya tergerak untuk membacanya kembali.

Tidak butuh waktu lama untuk membaca satu bendel surat yang dia tulis. Tidak butuh waktu lama pula untuk menyadari hal-hal yang telah terlewatkan. Betapa suatu kenangan itu akan selamanya terbingkai dalam bukti nyata persahabatan kami. Saya tidak akan menceritakan apa saja isi surat itu. Saya tidak akan menceritakan bagaimana 'serunya' persahabatan kami. Saya hanya ingin mengenang apa yang bisa dikenang, apa yang masih bisa diselamatkan dari bulir-bulir persahabatan kami yang (terlihat) baik-baik saja.

Ternyata, bentuk tulisan kami hampir sama. Mirip. Saya sudah lama melupakan hal itu dan teringat lagi setelah dia membahasnya di surat. Dia meminta saya untuk membalas suratnya dengan tulisan tangan saya. Dia ingin membandingkan apakah tulisan kami berdua masih sama. Lucu sekali. 

Dulu, di saat saya punya sedikit masalah yang membuat saya terasingkan, di saat gosip itu sudah menyebar hampir ke seluruh orang yang mengenal saya, dia tetap berada di samping saya. Dia, lewat suratnya, menyemangati saya. Dia bilang, saya akan selalu jadi 'miss konyol' dan 'nona kelinci'. Haha. Hampir saja saya tersedak. Dulu saya punya panggilan 'kelinci'. Karena saya pernah mengganti badge nama pada seragam saya menjadi 'Qee Alinskie' dan dia iseng menyebutnya sebagai 'Qeelinchi'. Hahahha. Lucu. Dulu tapi. Sekarang sih udah garing sama yang begituan.

Dulu, pikirannya masih sama dengan saya. We did all of things without thinking first. We did so many troubles. Tapi yang perlu diketahui, saat kami menjadi trouble makers, kami nggak pernah sekalipun punya pikiran untuk mencelakakan orang lain. We did it just for fun, bukan untuk niat yang buruk. I still remember, dulu dia sering cerita kalo di sana, di tempat dia yang baru, dia sering kesepian. Dia kangen untuk making some troubles with me, hahaha. Dulu loh, dulu. Dia pernah nggak betah di sana and really wanted to get out from that place. Dulu. Dulu. Dulu.

Dulu, dia selalu nunggu balesan surat saya. Dulu dia sampai membajak telpon yang ada di sana untuk telponan sama saya. Saya emang sahabat yang jahat. Suratnya tidak pernah satu kalipun di balas. Hingga partikel demi partikel kehidupan mulai berubah, dan semuanya menjadi tak sama lagi.

Rangkaian kehidupan memang sudah dirancang Tuhan sedemikian rupa. Setelah tahunan lamanya kami tidak bertemu. Setelah fase demi fase kehidupan kami lalui tanpa bertegur sapa satu sama lain, akhirnya Tuhan memberi kesempatan kami untuk kembali bertemu. Dan kalau boleh jujur, saya senang sekali bertemu dia. Saya lega menyadari bahwa dia baik-baik saja. Saya bahagia melihatnya 'terlihat' bahagia dengan kehidupan barunya, Tapi saya juga menyadari satu hal. Bahwa sepertinya hubungan antara saya dan dia sudah terlalu awkward. Sudah tidak sedekat dulu. Lalu apa yang salah? Sampai sekarang saya masih berfikir, apa yang mengganjal pikiran saya? Kenapa kami berdua berakhir seperti ini?

Beberapa hari yang lalu, saya sempat memimpikan dia. Di situ, dia kembali menjadi dia yang dulu. Dia, dalam mimpi saya, berkata bahwa dia masih dia yang dulu dan tidak pernah berubah. Dan saat saya terbangun, saya begitu kecewa mendapati itu semua hanya mimpi. 

Tidak, saya sama sekali tidak mempermasalahkan perubahan sikapnya yang menjadi lebih baik dan religius. Saya yakin, itu yang terbaik untuknya. Namun yang saya sesalkan, dengan perubahan itu, haruskah persahabatan kami ikut berubah? Haruskah pikiran kami, yang tak lagi sama, memisahkan persahabatan kami? Jika kamu membaca ini, ingin sekali saya katakan, bahkan saya ingin sekali berteriak, bahwa saya masih di tempat yang sama. Bahwa apapun yang terjadi, saya tidak akan pernah berubah dalam peran saya sebagai sahabat. Dan saya selalu berharap dia juga demikian.

Sebendel surat balasan untuknya, hampir 6 tahun silam lamanya, masih tersimpan manis di binder saya. Letaknya bertumpuk dengan suratnya yang berusia setahun lebih tua dari surat saya. Surat balasan itu tak pernah terkirim. Surat itu tak pernah dia baca. Ingin sekali rasanya saya kirim surat itu sekarang, beserta pesanan-pesanan yang pernah dia request di dalam suratnya. But it will be so silly if i send it now, won't it? Pikirannya yang sudah berbeda mungkin akan memberikan kesan yang berbeda pula pada surat saya itu. Mungkin memang sudah begitu takdirnya. Sudahlah.
Surat dari dia, totalnya ada 5 lembar penuh.

Surat balasan yang nggak pernah saya kirim.
Tulisan iseng dia di binder, beberapa tahun yang lalu.
Buat kamu, kalo kamu baca.
Aku udah nemuin ebook 'STILL' lanjutannya CEWEK!!! if you still want it.
Conan-nya juga tuh. Udah bertahun-tahun dititipin ke aku. 
Aku udah nggak sehati, sejantung, separu-paru sama CHESSA buat milih 'E' for Education. He already has a pretty girlfriend and i'm glad to hear that. Huehehe.
I am still called MizKey for sure.

And I always be your bestfriend, if you don't mind.

Satu lagi, aku masih inget definisi yang dulu kamu kirimin waktu masih kelas 7. Yang akhirnya jadi quote populer di geng kita huahahaha!

Selain rasa suka dan rasa cinta, ada perasaan yang lebih mendalam. Yaitu rasa sayang. Rasa yang tidak hilang secepat rasa cinta. Rasa yang tidak mudah berubah. Perasaan yang mau membuat kita berkorban demi orang yang kita sayangi. Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kita sayangi. Cinta ingin memiliki, tapi sayang hanya melihat orang yang kita sayangi bahagia meskipun harus kehilangan...

Tuh, kan! Masih inget, kan? Hahaha

And these are from you, to me.

One day,
The Love asked to friendship: "Why if you there the people let me?"
The friendship answered: "Because if the people have a broke 'cause of you, I always be there for them".

Friendship is most important than everythin'!

Persahabatan bagaikan satu janji yang tercipta dalam hati. Tak dapat ditulis, tak dapat dibaca. Namun, ia takkan terpisah oleh jarak, takkan berubah dan terhapus oleh waktu. Sekejap di mata, selamanya di jiwa..





0 komentar