Penyesalan dalam hidup adalah hal yang wajar. But life must go on. Harus berpindah dari fase satu ke fase selanjutnya. Kehidupan itu bukan hanya untuk meratapi apa yang telah terjadi, namun juga mempersiapkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Menyesal dalam melakukan sesuatu adalah lumrah. Setiap orang pasti pernah mengalaminya. Manusia adalah tempatnya salah. Tinggal gimana kita semua menyikapi setelah kesalahan itu dilakukan. Mengambil hikmah untuk bekal di kemudian hari.
Yang paling berat adalah mengikhlaskan. Saya sendiri mengalami hal itu, berkali-kali. Ikhlas, mudah diucapkan tapi amat sulit diterapkan. Namun saat kita belajar untuk melepaskan, meski berat di awal, namun pada akhirnya kita akan amat sangat ringan. Hey, ini bukan omong kosong ya. Alhamdulillah, saya juga pernah mengalaminya. Ikhlas itu ajaib. Nggak peduli betapa sakitnya suatu kejadian, seberapa perih masalah menyayat hati, namun kita tetap tidak bisa melepaskannya. Kita seringkali membiarkannya lekat pada kita karena kita terlalu takut. Takut untuk kehilangan, mungkin. Ajaib. Bukankah hal yang meringankan hati itu adalah keikhlasan itu sendiri? Mengapa kita takut kehilangan akan hal yang memberatkan kita?
Mengalami hal yang sangat berat dalam hidup pasti pernah dialami setiap manusia. Anggaplah itu ujian. Nah, yang harus jadi salah satu pedoman adalah pepatah lama yang bilang bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Pernah kah kalian berpegang di sana? Maka dari itu, seharusnya manusia tidak boleh menyerah atas apa yang diujikan kepadanya. Karena yakinlah bahwa kita pasti bisa melewatinya. Ikhlaskanlah semuanya. Lepaskanlah. Segalanya sudah diatur oleh Tuhan supaya derajat kita bisa lebih tinggi jika kita berhasil melewatinya. Seperti anak sekolahan yang harus mengikuti ujian jika ingin naik kelas. Dan anak kelas 3sd tidak mungkin diujikan soal untuk anak kelas 5sd karena itu di luar batas kemampuannya. Sesimpel itu. Sesederhana itu. Saat ujian itu telah dilakukan, bukan kah sudah seharusnya kita melepaskannya? Berpindah ke fase lainnya. Move on. Seberat apapun itu pasti ada jalannya. Serumit apapun benang yang mati, pasti tetap ada ujungnya, walaupun itu sulit.
Sabar dan ikhlas. Dua kata saling berpegangan. Saling bertaut. Dan sama-sama susah diterapkan biarpun gampang diucapkan. "Yang sabar ya.." atau "Udah deh, diikhlasin aja.." adalah kalimat yang paling sering saya dengar di edisi curhat. Yang perlu diperhatikan adalah apakah penyebab dua hal penting itu menjadi susah diterapkan? Susah karena kita nggak bisa atau nggak mau? Percayalah, saya juga bertanya pada diri saya sendiri. Saya tipe orang yang susah mengikhlaskan sesuatu yang sudah erat dengan saya. Saya juga bukan orang yang penyabar. So, I always ask to myself. Kenapa?
Barangkali karena seberat apapun, hal itu sudah terlalu melekat. Dari hal yang paling sering aja ya, saat orang yang kita sayangi meninggalkan kita. Pasti sulit sekali melepaskan. Apalagi jika ditinggalkannya karena dipanggil Tuhan. Lebih sulit lagi. Tapi untuk tetap bertahan pada situasi itu pun juga berat. Masa sulit itu akan terus bertahan jika kita tidak melepaskan. Mau apa lagi? Bertahan pada suatu masa kehilangan? Tidak pernah mau move on? Karena kita masih ingin bersama mereka, biar pun hanya sebatas memori. Tidak ingin beranjak. Why? Because we're afraid. Afraid of something we never know. Takut akan suatu masa di mana kita juga ikut meninggalkan mereka. I mean, we move to another better place to get another life test. Tapi yang saya tau, hal itu pasti terjadi dan Tuhan sudah menggariskannya. Maka ikhlaskanlah. Masa-masa mengikhlaskan pun butuh waktu. Pelan-pelan. Tidak sekaligus. Tidak ada orang yang bisa melepaskan segala sesuatu yang sudah melekat secara langsung dan menyeluruh. Karena pasti sakitnya juga menyeluruh. Tuhan memang tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya, namun kita sebagai hamba-Nya mungkin masih belum tau bagaimana cara mengatasinya. Berat, namun harus dijalani meski harus tertatih. So, let it go slowly.
Mungkin banyak hal yang dirasa telah terlewatkan. Seringkali kita berpikir bahwa seharusnya begini, seharusnya begitu, yang berujung pada penyesalan. Ya, namanya penyesalan pasti di akhir. Dan tau kah kalian, di balik penyesalan itu lah ada pelajaran berharga untuk kehidupan selanjutnya. Saking berharganya, tidak semua orang bisa mengambil hikmah dari penyesalan, bahkan tidak sedikit yang tetap terpuruk di sana. Kita tidak tau, betapa hidup kita menjadi jauh lebih baik jika kita belajar dari kesalahan dan penyesalan. Apa sih yang kita tau? Hanya merasakan sakit dan menangis, menyesal tanpa berpikir apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dan saat kita berada dalam posisi terendah, kita tidak mau membuka pikiran. Jangan kan berpikir, mendengar pun kita hanya ingin mendengar apa yang kita ingin dengar. Karena itu lah. Seharusnya kita lebih membuka diri. Pikirkan, dengarkan, dan lakukan apa yang terbaik untuk kita, walaupun itu sulit. Lakukan lah, walaupun kita merasa tak sejalan dengan apa yang kita inginkan. Coba keluar dari zona galau dan coba lah untuk lebih realistis. Realita akan terus berjalan, tidak peduli apa yang terjadi. Dan jika kita ingin terus berjalan ke depan, coba lah sesuaikan pikiran dan hati dengan realita kehidupan yang ada.
Just wake up! This is our reality!
Just wake up! This is our reality!
0 komentar