Berbahagialah, Lei!

Dunia tidak adil untukmu.
Tidak seujung kuku pun semua ini adil untukmu.

Apa rasanya jika tiba-tiba tempat rahasiamu ditemukan oleh orang lain? Dan orang tersebut menggunakannya juga sebagai tempat rahasianya. Tak pernah sedikitpun terlintas dibenakmu bahwa dia akan muncul di tempat rahasiamu, basah kuyup, dan rambutnya berantakan. Jelek sekali. Lebih kaget lagi ketika dia mengumpat tentang kejelekan sahabatmu. Tentu kamu marah. Biarpun kamu nggak suka dengan keisengan sahabatmu, tapi kamu nggak akan rela dia dimaki orang asing.

Dan tak pernah terfikirkan satu kali pun bahwa orang itu kelak akan meninggalkan jejak di hatimu. Saat orang itu terus mengalami kesulitan, kamu nggak kuasa untuk nggak menolongnya. Membuatmu nantinya akan memungut sekeping hati untuk dijaga. Tentu kamu bingung, karena kamu masih memiliki cerita lain yang belum jelas arahnya. Ditambah, kamu belum tau apakah keduanya memiliki rasa yang sama denganmu. Jahat nggak sih jika kamu mencintai dua orang yang berbeda? Tapi aku tau bahwa kamu nggak pernah meminta seperti ini jadinya. Dua hati yang tak sengaja terpatri dalam hatimu. Ah enggak, cintamu hanya untuk dia yang jauh di sana. Yang selalu kamu nantikan. Kalo si orang baru ini, kamu hanya baper aja kan? Coba tanya Tuhan, kenapa kamu dititipi dua keping hati di waktu yang bersamaan?

Namun tiba-tiba, pujaan hatimu meninggalkanmu. Hatimu sakit karena telah menjaga rasa cinta ini cukup lama. Cinta memang nggak adil, Lei! Aku tau kamu terluka, padahal apapun sudah kamu beri hanya untuk dia. Ternyata hatimu dipermainkan. Tapi kenapa kamu nggak nangis? Bukankah hatimu sakit? Ah ya, dan orang itu masih datang ke tempat rahasiamu. Seketika rasa bapermu muncul lagi. Tapi kamu terkejut karena dia ditaksir sahabatmu. Ya, sahabat yang dimaki olehnya. Ah, sekali lagi, cinta memang nggak adil, Lei! Mengapa susah sekali bagimu berbahagia dalam cinta? Mengapa ketika kamu ingin mencoba, justru sahabatmu sendiri yang menjadi pagar penghalangnya? Mengapa rasa bencinya berubah menjadi cinta? Tapi sepertinya orang itu menyukaimu. Dia mau menghiburmu. Mau mendengarkan keluh kesahmu. Mau memberikan pelukannya untuk menghilangkan laramu. Dan, kamu sadar, bahwa kamu membutuhkannya. 

Tapi, Lei, dia telah dimiliki sahabatmu. Bukankah akan menjadi pengkhianat jika kamu mencintainya? Ah ya, aku tau kau tidak mencintainya. Tapi mengapa hatimu masih sakit?

Pada akhirnya, kamu merelakannya dimiliki sahabatmu. Tapi, rasanya, perasaan itu makin kuat. Apakah kamu mulai mencintainya? Tapi di saat dia memiliki kendala dalam percintaannya, mengapa kamu yang harus membantunya? Mengapa harus kamu yang mengusap air matanya, memberikan pundakmu untuk menyembunyikan lukanya? Bukankah itu hanya membuat hatimu makin sakit, Lei? Namun dia tak bisa meninggalkan hatinya untukmu, biarpun kamu telah memungut dan menyimpan kepingan hatinya di hatimu. Tapi dia juga menyimpan kepingan hati sahabatmu, begitu besarnya sehingga tak ada lagi tempat untukmu. Namun kau masih tersenyum, asal dia bahagia. 

Apa yang lebih menyakitkan daripada melihat yang kita sayangi menangis karena orang yang dia sayang?

Kamu tau dia mencintai sahabatmu. Biarpun hubungan mereka sudah berakhir karena takdir Tuhan, kamu tau dia nggak akan melupakan sahabatmu. Lalu kenapa kamu memintanya bersamamu? Karena, demi dia, kamu bersedia jadi bayang-bayang sahabatmu? Menawarkan sebentuk hati untuknya, menawarkan pelukan untuk kesedihannya, memberikan pundakmu untuk keluh kesahnya. Terbuat dari apakah hatimu, Lei? Bahkan kamu bersedia menunggunya memikirkan jawaban itu.

Namun, akhir cerita ini sepertinya nggak akan berpihak padamu. Takdir Tuhan menyatukan mereka lagi, tepat di saat kamu sudah menyatakannya. Di saat kamu membuka tameng sahabatmu. Tepat di saat kamu menunggu jawabannya. Apa yang harus kamu lakukan, Lei? Kenapa sulit sekali bagimu berbahagia karena cinta?

Pada akhirnya, dia berbahagia dengan sahabatmu. Kamu ikut tersenyum. Tak ada satu tetes pun air matamu yang menetes. Kenapa, Lei? Bahkan, kamu yang selalu ada untuknya, tak pernah memaksanya untuk bersamamu. Biarpun kamu masih menjadi malaikat penjaga untuknya, merelakan pundakmu basah oleh air matanya. Dia hanya tak tau bahwa tiap air matanya menetes, itu akan menimbulkan luka di hatimu. 

Dunia tidak adil untukmu, Lei!

Apakah tidak semua orang di dunia ini berhak bahagia? Apakah kita harus mengantre tiket untuk bisa bahagia?

Tapi, Lei, kamu harus bahagia.
Bukan untuknya, bukan untuk sahabatmu. Tapi untukmu sendiri.

Kamu harus bahagia, meskipun saat ini sedang terluka.

Kuburlah cinta jika itu hanya membuatmu merana. Hiduplah bahagia tanpa perlu peduli padanya. Bukankah kau bilang bahwa kau tak peduli pada urusan orang lain?


Berbahagialah, Lei! Berbahagialah untukmu sendiri!





0 komentar