Dear Devica

Dear Devica,

Aku tau, hidupmu selama ini nggak pernah mudah. Belum ada sepertiga abad hidup di dunia, tapi semesta sudah banyak memberi ujian untukmu menjadi lebih bijak dalam memaknai hidup.

Aku kenal kamu sudah sejak 14tahun yang lalu. Kita duduk sebangku selama setahun, dan lanjut bersahabat sampai lulus SMA. Tentu aja aku banyak tau kehidupan remajamu. Pahit manis hidupmu. Biarpun setelah itu kamu dan aku mulai saling menjauh. Tapi aku selalu berharap persahabatan kita abadi. Aku selalu berharap kamu menjadi sahabat terbaikku selamanya. Hidup kita terus berjalan dan aku nggak pernah lagi ada saat kamu merasa sendu. Membuat namaku tercoret dari list sahabat terbaikmu.

Entah sudah berapa banyak cobaan dari Tuhan yang diberikan untuk kamu. Entah berapa tetes air mata yang udah membasahi kesakitanmu. Hebatnya, kamu masih bisa berdiri tegak. Kamu kuat menantang hidup dan menjalani fase demi fase kehidupanmu. Betapa kamu sangat ikhlas menerima tamparan Tuhan yang begitu kerasnya atas kesalahanmu di masa itu. Hingga akhirnya Tuhan memberikan karunia yang cukup membahagiakanmu beberapa tahun terakhir ini. Lalu, dalam sekejap, Tuhan mengambilnya lagi.

Kadang hidup memang nggak adil. Tapi hidup harus terus berjalan. Kalau menangis bisa membuat pondasimu lebih kuat, maka menangislah sekencang-kencangnya. Peluklah kesedihanmu, lalu simpan rapat sebelum kamu memulai menatap hari-hari ke depan. Tuhan tetap sayang kamu, biarpun uraian air mata selalu dititipkan kepadamu. Sebentar lagi bahagia yang selamanya akan menghapus semua lara yang terjadi. Yang kamu butuhkan cuma kesabaran yang ekstra supaya bisa segera menyongsongnya.

Dear Devica. You're still my best friend. Aku tau, hatimu pernah tergores kekecewaan atas sikapku. Tapi aku tau, kamu akan selalu memaafkanku. Meskipun aku bukan lagi sahabat terbaikmu. Meskipun teman-teman baru sudah menyelimutimu, tapi aku ingin menyediakan tempat jika kamu membutuhkan bahu yang lain untuk bersandar. Untuk kabur sejenak dari kejamnya dunia. Untuk menyembunyikan air mata yang tak mungkin kamu perlihatkan dalam peranmu di realita. Aku masih sahabatmu yang dulu. Yang selalu berharap kita tetap erat seperti masa itu. Yang berusaha ada saat kamu rapuh dan jatuh. Yang selalu berharap kesedihanmu ini hanya mimpi buruk yang segera berakhir. Dan akhirnya kamu bahagia. Selamanya.


Sahabat memang nggak melulu soal waktu. Tapi kamu adalah sosok nyata, dari jaman putih abu-abu, yang ternyata masih ada dalam list teratas teman terbaik buat aku.

Cheer up, girl!
Cheer up to face the world!
Bahagia pasti akan segera datang.




0 komentar