untitled

Aku duduk terdiam dibawah pohon yang rindang. mataku lurus memandang laki-laki yang berada didepan mataku, yang sengaja membuang pandangannya dariku. walaupun begitu, tangannya tetap memegang tanganku erat-erat. tak satupun dari kami membuka suara. aku sendiri bingung, aku nggak tau apa yang akan kubicarakan. aku terlalu takut atau terlalu marah, aku nggak tau bagian mana perasaanku yang lebih dominan. mungkin aku terlalu marah padanya tapi aku juga takut kehilangan dia. dia masih tak ingin menatapku, seakan aku bukan seseorang yang berarti untuknya.
aku ingin sekali mengajaknya bicara. aku ingin sekali berkata padanya bahwa aku ingin semuanya baik-baik saja. bahkan aku ingin memeluknya. tapi yang kulakukan hanya duduk diam, melepaskan tanganku dari genggamannya, dan berhenti menatapnya. tapi justru pada saat itulah matanya mencari mataku. tangannya meraih wajahku. mata kami berdua bertemu.
"sampe kapan kita akan seperti ini?" suaranya pelan sekali, tapi terdengar jelas ditelingaku. namun aku tetap terdiam.
"apa masalah akan selesai kalo kita diem-dieman kea gini?"
aku masih tetap diam.
"apa selama ini belum cukup?"
aku tetap diam. dan sepertinya dia mulai hilang kesabaran. tapi dia tetap menjadi dirinya, yang selalu pelan dan nggak pernah membentak. kata-katanya selalu halus dan aku membencinya, karena itu yang membuatku makin sayang padanya.
"kalo kamu pengen aku pergi, aku akan pergi sekarang." dia berkata sambil terus menatapku."jawab. jangan cuma diem."
aku bingung. aku sama sekali nggak pengen dia pergi. aku pengen dia tetap disini, memelukku dan bilang kalo dia sayang aku.
"pergi aja. aku pengen kamu pergi!" bukan itu yang ingin aku ucapkan! tapi justru kalimat itu yang keluar dari mulutku.
aku menatapnya. dia menatapku tanpa ekspresi. sejenak dia berpikir dan mulai beranjak pergi.
jangan pergi, please.. jangan pergi..
"iya, aku nggak akan pergi kemana-mana. aku tetap disini seperti yang kamu minta." katanya sambil memunggungiku. 
aku bingung mencerna kata-katanya. bukankah aku tadi menyuruhnya pergi? bukankah aku mengatakan aku nggak ingin dia disini? ya, walaupun bukan itu sebenernya yang aku inginkan.
aku bangkit dan dia masih memunggungiku. aku ingin sekali berlari dan memeluknya. dan aku senang sekali saat aku berlari padanya. namun aku tidak memeluknya seperti yang aku pikirkan. aku malah berteriak padanya,"aku nggak pernah ingin kamu ada disini, aku pengen kamu pergi!!"
ajaib, dia berbalik sambil tersenyum. dan dia memelukku.
"maafin aku ya.." dia berbisik sambil tetap memelukku. aku masih tercengang, aku mematung dalam pelukannya. bahunya basah oleh air mataku. tubuhku bergetar dan tanpa sadar aku membalas pelukannya.
"aku terlalu sayang sama kamu. aku nggak pengen ninggalin kamu, walaupun kamu nyuruh aku pergi.."dia masih terus berbisik tanpa melepaskanku.
aku nggak tau harus gimana. aku tetap diam, berusaha menguasai diriku sendiri.
tiba-tiba aku berpikir tentang pokok permasalahan ini. tentang apa yang membuatku dan dia selalu seperti ini. ya, itu semua karena kami masih sama-sama egois. karena kami sama-sama merasa benar. kami masih belum dewasa, jauh dibandingkan usia kami sebenarnya. kadang semua ini membuatku lelah. aku ingin berhenti, namun aku nggak bisa ninggalin dia.
"jangan tinggalin aku ya.." ternyata dia masih memelukku.
keterbatasan diri dalam seseorang kadang membuatnya menjadi persoalan yang sebenarnya nggak penting buat dijadiin masalah. begitu pula dengan kami. dariku sendiri, aku terlalu sayang sama dia. aku terlalu peduli sama dia, dan membuatnya terkesan seperti berada dalam suatu aturan. sama sekali nggak ada keinginan untuk mengatur segala sesuatunya, tapi aku hanya ingin dia lebih peduli pada dirinya sendiri. peduli pada hidupnya. peduli pada masa depannya. 
mungkin itulah yang membuat kami sering seperti ini.
dia melepaskan pelukannya. matanya menatap mataku yang masih basah. dan dia tersenyum.
saat dia tersenyum, aku selalu merasa damai. saat dia tersenyum, saat itu pula aku merasa dia bahagia. aku menatap langit yang mulai meneteskan titik-titik air. 
"aku tau, suatu saat masalah seperti ini akan muncul lagi. jika itu terjadi, apa yang akan kamu lakukan?" tiba-tiba aku bertanya padanya.
"aku akan menjalankan skenario yang diberikan Tuhan kepadaku.."

hujan sudah mulai turun.
"aku terlalu peduli sama kamu, sampe kamu menyalah artikan itu semua.."

"aku tau kamu peduli. aku tau semua itu karena kamu sayang sama aku. mungkin suatu saat nanti aku bisa menjalaninya karena aku tau semua itu adalah bentuk perhatian dan kasih sayangmu ke aku.." aku mendengar suaranya dalam gema hujan, namun bibirnya tetap mengatup.


-kisah ini hanya fiktif belaka-


0 komentar