Saya berdiri berdesak-desakkan di antara ratusan orang yang juga bertujuan sama, yaitu ingin menyerobot masuk ke dalam ruangan penuh hal menakjubkan tersebut. Saya berusaha untuk tetap tegak berdiri di antara desakan orang-orang dan sempat marah kepada seseorang gara-gara kebanyakan gaya di tempat secrowded itu. Bagaimana tidak? Karena tidak dipungut biaya, maka semua orang harus rela saling berdesakan untuk dapat masuk. Di antara ratusan orang yang berada di luar, saya harus cukup puas terhibur oleh manusia-manusia karung yang berdiri menyerupai suatu kabinet dalam sebuah negara yang dipamerkan di halaman gedung. Hati saya makin tidak sabar untuk masuk. Dan pada akhirnya semuanya terbayar beberapa saat kemudian, ketika saya mendapat kesempatan untuk masuk ke sana.
Saya lupa membawa kamera. Jadi saya hanya berbekal ponsel saya untuk mengambil gambar di sana. Saya berjalan sambil sesekali berhenti untuk menikmati karya seni yang dipamerkan di sana. Mengagumi buah karya yang diletakkan di tiap sisi ruangan. Tak lupa saya ambil beberapa gambar dari karya seni yang cukup menghibur dan menggugah rasa melalui ponsel saya. Namun hati kecil saya masih belum bisa merasakan indahnya. Hanya sebatas mengagumi tanpa bisa mengetuk hati.
Akhirnya langkah saya terhenti pada suatu karya yang begitu hebat menurut saya. Patung besar Soekarno. Hati kecil saya mulai bergetar. Sisi lain pecinta seni dalam diri saya mulai bangun untuk menatap buah karya seni. Saya menatapnya dengan rasa apresiasi yang tinggi, kemudian saya melangkah lagi. Saya berhenti untuk melihat suatu karya yang sangat-sangat-sangat adorable. Sebuah ruangan kecil, gelap dan hitam, beberapa kain merah tergeletak. Kemudian kipas angin menyala dan perlahan kain-kain merah naik ke atas dan berkibar seperti bendera. Terdapat tulisan di masing-masing bendera, hanya aja saya nggak bisa baca karena lupa nggak bawa kacamata. Saya begitu kagum melihatnya. Saya berlama-lama di depan karya itu, berusaha menggapai apa yang dimaksud dari karya tersebut. Tubuh saya merinding, ternyata pesan yang disampaikan oleh karya tersebut bisa sampai ke relung hati saya.
Belakangan saya merasa bahwa saya tidak ingin memotret lagi di ruangan itu. Saya hanya ingin menikmati segala yang dipamerkan di sana. Saya tidak ingin pesona yang ditampilkan dalam ruangan itu terganggu oleh jepretan kamera. Dan akhirnya saya hanya berjalan-berhenti-melihat-mengagumi-(kadang) terpaku-dan kemudian berjalan lagi ke karya selanjutnya. Sungguh menyenangkan. Ternyata ciptaan manusia juga cukup menyenangkan untuk dikagumi. Ternyata, selain lagu dan buku, masih banyak karya cipta yang patut dikagumi dan diberi apresiasi.
#ArtJog2014
#KabinetGoni
Taman Budaya Yogyakarta
0 komentar