graduated, first 'accounting' job, resign, and come back!

­­Lama sekali rasanya tidak menulis blog. Muehehe (padahal baru beberapa bulan doang hihi). Beberapa bulan, atau tepatnya, setahun terakhir, saya begitu menikmati dan mensyukuri dengan peran yang saya peroleh. Rasanya campur-campur, tapi sangat luar biasa. Dan, tak terasa, setahun pun sudah berlalu. Hihihi.

Setelah sidang skripsi di bulan Maret 2015 dan wisuda sebulan kemudian, saya mulai merasakan perihnya menjadi pengangguran (lebe bingits deh!). Saya merasakan susahnya cari kerja sana sini, uh uh! Sebenarnya, dari setelah lulus sidang skripsi, saya sudah mulai apply-apply di banyak perusahaan. Emang dasarnya belum rejekinya kali ya. Apalagi ini pertama kalinya buat saya untuk mencari pekerjaan yang beneran (bukan part time). Setelah kurang lebih sebulan pusing-pusing cari kerja dan nggak ada hasilnya, akhirnya saya memutuskan untuk magang di sebuah Kantor Akuntan Publik. Nggak banyak syarat buat magang di sana. Bulan Mei saya mulai pekerjaan saya sebagai karyawan magang. Dan, ternyata saya keasyikan. Walaupun tidak digaji, tapi saya jadi malas cari pekerjaan. Niat saya bener-bener mau belajar audit, apalagi saya sempat kebagian proyek audit, walaupun hanya sebatas vouching dan rekap-rekap saja. Hm, that was a big real experience for me. Saya menikmati hari-hari saya di sana, sampai pada akhirnya saya mendapatkan panggilan interview di perusahaan e-commerce. Lamaran itu sudah saya kirimkan sebelum saya magang, dan baru dipanggil dua bulan kemudian. Hm.. Okeeh! Saya datangi juga akhirnya. Kantornya lucu, informal, seru pokoknya, walaupun masih tahap renovasi jadi masih berantakan sana sini. Sayangnya, posisi untuk saya (ternyata) ditempatkan di Tangerang. Hm, masih maju mundur juga nih buat terima lamarannya (setelah pada akhirnya saya diterima di sana). Tapi, seseorang berkata pada saya bahwa rejeki pertama itu jangan ditolak. Siapa tau itu adalah pembuka rejeki.

Saya berfikir lumayan lama. Dan ketika saya sedang di kamar, mata saya terpaku pada papan tulis yang bertuliskan resolusi tahun baru 2015 yang harus saya capai. Keluar dari zona nyaman.

Keluar dari zona nyaman? Siapa takut!

Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil pekerjaan itu. Hari-hari saya sebagai perantau pun akhirnya dimulai per Agustus 2015 (lebayy, padahal juga tinggal bareng bokap di Tangerang). Dan, ‘zona nyaman’ saya diuji di hari pertama saya bekerja. Kenyamanan yang saya miliki selama di Jogja pun akhirnya hilang. Di sini saya sendiri. Saya adalah tipe orang yang terlihat mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, orang-orang akan melihat saya sebagai seseorang yang bisa menyesuaikan diri dengan iklim dan budaya yang baru, namun dari dalam diri saya, deep in myself, adalah seseorang yang tidak mudah akrab dan tidak mudah membuka diri dengan orang-orang baru. Saya bisa berteman dengan siapa saja, mengobrol dengan asyiknya dengan orang-orang baru, tapi saya tidak akan bisa menemukan kenyamanan dengan cepat. That’s why, kenyamanan saya terkoyak-koyak. Ditambah, saya sendiri. Nggak ada teman kumpul, nggak ada saudara, nggak ada pacar (ldr hiks, padahal belum lama jadian huahahahaha!!!).

Butuh waktu dua bulan lamanya untuk benar-benar menemukan kenyamanan dalam lingkungan baru saya. Pada akhirnya, walaupun tidak terlalu terasa, akhirnya kenyamanan itu mulai saya dapatkan di tempat kerja. Kebetulan, hari-hari saya habis di tempat kerja. Saya terbiasa kerja sampai larut dan pulang kerja saat ayah saya sudah tertidur. Kerjaan saya yang overload, nggak ada habisnya, masalah-masalah yang timbul dan harus saya selesaikan, hingga keputusan-keputusan yang pada akhirnya harus saya ambil sendiri, semuanya begitu besar andilnya dalam mendewasakan saya. Pengalaman itu begitu berharga untuk saya. Saya merasa bahwa segala masalah yang ada di dalam pekerjaan saya merupakan sesuatu yang hikmahnya begitu besar saya rasakan. Dan, meskipun (sangat) melelahkan, namun saya menikmatinya. Saya jadikan itu sebagai bekal saya di kemudian hari.

Hingga pada akhirnya, 6 bulan kemudian, saya memutuskan untuk resign.

Keputusan yang tidak mudah. Karena alasan saya untuk resign adalah untuk kembali tinggal di Jogja. Saya (jujur) tidak menemukan kenyamanan ketika saya tinggal di Tangerang, meskipun saya sangat menikmati hari-hari saya di kantor. Kantor saya begitu menyenangkan, sudah seperti rumah kedua saya. Bahkan, sampai sekarang saya merasa bahwa saya tidak akan bisa lagi menemukan kantor se-menyenangkan di kantor saya itu. Suasananya yang begitu kekeluargaan, fun, we work hard but play harder. Walaupun pekerjaan saya gila-gilaan, namun kebersamaan bersama teman-teman begitu menyenangkan. Kapan lagi saya bisa ke kantor hanya dengan kaos, celana tidur, sandal jepit, wajah polos tanpa make up, rambut tak perlu menyisir, bahkan bisa duduk nangkring, kaki diangkat ke kursi, atau bisa tiduran di karpet dan bean bag sambil kerja. So fun! Rasanya seperti bekerja di rumah, bisa sesuka hati. Bebas melakukan apa aja (yang penting kerjaan kelar, terserah mau kea gimana). Makan apa saja, main game, nyetel tv atau youtube, nyanyi keras-keras tanpa ada yang melarang (tapi yaaa dibully juga sih..), punya teman-teman yang sinting gila cacat tapi gue sayang bangeeeet! Oh meeen, i really miss them all. Mr. G as Vice President dan Miss W as Chief Accounting yang sangat, sangat baik (yaah walaupun kalau sudah lewat jam 6 sore obrolannya jadi.......... *ga berani lanjutin ah muehehehe), selalu punya solusi buat aku ketika aku udah mentok nggak tau lagi harus gimana. Miss M as Manager yang selalu menolong, mau pusing-pusing cari solusi bareng muehehe. P, B, dan F yang baik dan selalu mau kerja gila-gilaan, mau bantuin aku yang selalu menyusahkan. D, M, W yang cacatnya minta ampun! R, R, A, S yang selalu support gue, mau back up di saat kerjaan gue syuper duper overload. Walangers, M,W,R,E,K,A,F,M, helooo guyssssss gue kangeeeeen beraaat! Hiks hiks. F dan L yang sama-sama dari Jogja dan selalu curhat colongan, yang selalu mau anterin gue tiap mau balik Jogja. Dan semua anak-anak lain yang gue ga sebut, tim refund, tim AR gue kesayangan, tim rekon, dan SEMUANYAAA!!! Never forget you all guys, kalian temen-temen di kerjaan profesi pertama gue, dan nggak akan pernah gue lupakan.

Ketika tangisan itu ternyata beneran ada. Bahkan ada di sudut mata anak-anak cacat yang hobinya ngebully gue. *tears*

Dan, keputusan itu beneran saya jalani. Karena memang nggak ada posisi untuk Accounting di Jogja (kantor saya punya kantor cabang di Jogja). Ya sudahlah. Mungkin suatu saat, jika Mr. L as owner mau buka kantor finance-acc di Jogja (amin!).

Alhamdulillah, rejeki itu tidak berhenti di akhir keputusan saya resign. Right after i decided to resign, i'm accepted in a transportation and human resources company in Jogja. Perusahaan 180 derajat berbeda jenis dari yang sebelumnya, biarpun posisi saya nggak berubah (tapi kali ini ketambahan Tax juga). Hm. Pekerjaan benar-benar menyusuuuuuttttttt, dan saya kaget. Di sini saya pulang kantor jam 5 sore (Asik!) dan sabtu libur (Asiiik!!! Di Jogja jarang libur di hari Sabtu). Tapi hari-hari saya yang nggak banyak kerjaan bikin saya bingung. Jobless, hiks. Berkali-kali saya minta ke Manager saya supaya diberikan kerjaan, supaya jobdesk saya bertambah. Yahh, mungkin nanti kali ya. Karena saya baru sebulan di sini, jadi belum banyak kerjaan yang dibebankan. Dan, karena alasan ini pula, akhirnya saya berkesempatan menulis blog lagi (huh! Dasar gabut!)

Semua ini, saya syukuri saja. Jungkir balik kehidupan saya, hingga pada akhirnya..

Ke Jogja Ku Kan Kembali.

Bahagia sekali rasanya. Bisa ketemu lagi sama keluarga, teman-teman, dan pacar. Bahagia bisa menemukan kenyamanan lagi di Jogja. Meskipun harus kehilangan satu rasa di Tangerang, yah memang begitu lah. Harus ada yang dikorbankan untuk mendapatkan satu kebahagiaan.

Kini saya mulai menjalani aktivitas saya dengan normal (baca: tidak begadang, tidak lembur, dan mulai bersosialisasi kembali). Target saya berikutnya adalah supaya bisa bertahan untuk bekerja di perusahaan baru saya, juga bisa bangun lebih pagi, berolah raga lebih sering, tidur teratur, dan banyak minum air putih (mengurangi kopi; sekarang sudah mulai sering ngopi lagi hiks). Pembelajaran diri saya tidak akan pernah berhenti, saya akan terus belajar. Mencari pengalaman, baik itu pengalaman bekerja maupun pengalaman hidup. Saya mulai memahami (sejak setahun belakangan) bahwa ternyata tujuan hidup saya bukan semata-mata untuk mencari uang namun juga mencari kenyamanan dan kemapanan dalam bekerja. Saya merasakan bahwa bekerja adalah suatu proses pembelajaran yang tak pernah berhenti, dan akan sangat berharga sekali untuk dijadikan pengalaman.



I took this picture from here





Cheers!



0 komentar