Vido and His Proposal

Hello!

Kayak apa sih rasanya dilamar? Seumur-umur, saya nggak pernah memikirkan gimana caranya saya dilamar (in real life). Saya cuma berimajinasi tentang lamaran yang lucu, yang romantis dan penuh dengan perjuangan (ceilah, emang pahlawan?). Tapi, saya nggak pernah memikirkan hal itu benar-benar terjadi di hidup saya. Sungguhan, nggak pernah satu kali pun meski saat itu lagi sayang-sayangnya sama si pacar. Mentok, saya cuma bayangin dilamar bareng sama orangtuanya. Bukan yang dilamar personal kayak yang di tivi-tivi.

Hingga di suatu hari. That thing was happened.

Tiba-tiba semuanya serba surprise. Padahal saya susah banget dikasih surprise. Apalagi, Vido, pacar saya, paling hobi gagal kalo mau bikin surprise buat saya.

Padahal Vido adalah orang paling nggak peka sedunia.

A lil bit introduction about Vido ya, I am suddenly getting excited introducing him muehehehe. Vido adalah teman dekat saya sekitar 2-3tahun terakhir. Kok nggak pasti gitu sih? Iya, karena kami memang nggak ada tanggal jadian. But when you guys are getting older, pasti akan merasakan satu titik di mana status nggak terlalu penting. Yang penting adalah gimana kita bisa jaga komitmen yang nggak cukup dibuktikan dengan kata-kata 'kamu mau nggak jadi pacarku?'. Jujur aja, saya dan Vido bukan tipe pasangan yang suka romantis-romantisan. Jarang (hampir nggak pernah) ngomong sayang, lebih sering pergi rame-rame daripada jalan berdua, nggak ada jaim-jaiman, dan sangat jujur satu sama lain. Jujur dalam artian when we're getting bored each other, we're gonna tell it. Jujur dalam hal apapun termasuk gua bilang mulutnya Vido bau naga. Everything. Komitmen itu udah kami build up sejak awal. Dan kami selalu mencoba realistis, saat ada satu misi kami yang nggak sejalan, kami akan segera bicarakan, jika nggak ketemu resultnya, we would decide to separate amitably. Yup, itu beneran terjadi di hubungan kami.

Sejak awal, kami selalu berusaha tetap suitable untuk menjadi teman, kakak adik, mau pun pacar. Vido adalah orang pertama yang begitu terbuka di keluarga saya sehingga sudah seperti keluarga sendiri. When I had to live LDR with him and my family, Vido kept his relationship warm to my family. Saya sadar di satu titik bahwa Vido adalah orang yang saya butuhkan, bukan yang saya inginkan. Vido adalah orang yang sangat enak diajak ngobrol, walau pun itu lagi ngomongin mantan. Tiba-tiba, saya merasa bahwa ini lah klik dalam hidup saya. I am not that fully in love to him but actually I am. Bwehehehee jangan geer ya Vido kalo kau baca ini :)

Then, something big just happened to my life. Vido, unromantic person, put his knee down in front of me, proposing a cute ring for me. FOR ME! Gobloknya, gua malah ngakak-ngakak karena nggak percaya that thing happened to my life. Vido, dengan berjuta kekurangan yang tertutup dengan kebaikannya, said that he wants me to be his wife.

HIS WIFE!

Of course, I said YES!

Saya nggak pernah sedetik pun memikirkan di lamar secara personal. Tidak sekali pun dengan Vido.

But he did.

And I said Yes!

Satu hal yang saya pelajari selama berkomitmen dengan Vido. Hubungan yang baik adalah saat kita bisa jujur satu sama lain. Kita nggak perlu saling membahagiakan pasangan. Saya nggak perlu membahagiakan Vido, begitu pun sebaliknya. Membahagiakan orang lain hanya lah kamuflase. Bahagiakan diri sendiri, dan hidupmu akan sangat indah.

Kebetulan, kebahagiaan saya semakin lengkap ketika Vido hadir di hidup saya.



0 komentar