Jalan-jalan ke Kota Lama & Cimory On The Valley, Semarang

Setelah bertahun-tahun nggak pernah pergi ke luar kota, akhirnya saya jalan-jalan ke Semarang. Sebenernya, sih, niatnya bukan jalan-jalan. Jadi, kayak cuma bantuin saudara ngurus mutasi kendaraan aja di Semarang. Tapi, kayaknya sayang banget ya kalo pergi ke Semarang cuma buat urus surat-surat kendaraan aja. Sekalian lah jalan-jalan dan keliling Kota Semarang.

Waktu itu, sekitar akhir Januari/awal Februari. Kasus covid masih belum tinggi kayak sekarang. Trennya, sih, udah meningkat, tapi belum sampe ribuan orang terinfeksi di satu kota kayak hari ini di Jogja (hiks). Jadi, kami beranikan untuk cus ke Semarang. Saya dan Vido berangkat pagi-pagi sekali. Setelah sholat Subuh, kami langsung jalan dari Jogja ke Semarang. Perjalanan sekitar 3 jam. Tepat pukul 08.00, kami udah sampai di Semarang. Karena tujuan awalnya untuk urus surat-surat kendaraan, jadi kami langsung ke Samsat Kota Semarang untuk urus semua dokumen, berikut dengan segala tetek bengeknya. Kami baru kelar urus dokumen ketika tengah hari. Pantesan lapar ya? Hehehe. 

Karena sudah siang dan kami belum sarapan, kami langsung menuju ke Soto Bangkong yang ada di Peterongan. Suasananya cukup lengang. Kami langsung pesan 2 mangkok soto beserta minuman dan sate-satean khas warung soto. Pesanan datang cukup cepat (tapi minumnya lama, karena kayaknya mereka lupa huft!). Rasa sotonya cukup enak, kuahnya khas yang saya suka, satenya juga berkaldu banget (sate disajikan dengan kuah semur, enyak!). Rasanya kayak pengen nambah lagi, tapi berhubung kenyang dan masih pengen jajan lunpia, akhirnya nggak jadi nambah. Hehehehe.


Selesai makan, kami pergi ke Kampung Pecinan. Tujuannya, sih, sebenernya mau beli emas (karena harga emas waktu itu lagi merosot banget), tapi berhubung letaknya ada di Pecinan, jadi sekalian aja kami keliling di sekitar situ. Di sini, katanya sih kalo malem suka banyak kulineran kaki lima dan aneka pedagang lainnya (kayak semacam pasar gitu). Tapi, saat kami ke sana, lagi nggak ada event apapun. Mungkin karena masih siang dan lagi pandemi (PPKM) kali ya? Jadi, kami hanya lewat aja keliling jalanan situ sambil lihat bangunan-bangunan lama khas Pecinan. 

Kami menghabiskan waktu siang hari untuk berkeliling area Pecinan, lanjut keliling kota Semarang. Nungguin waktu check-in hotel, ceritanya. Pukul 13.30 kami tiba di Nite & Day Hotel di area Candi. Hotelnya di pinggir jalan, di antara ruko-ruko, dan tepat di pertigaan lampu merah. Sebenernya saya jadi agak ragu-ragu sama hotelnya karena sempit banget, tapi berhubung udah terlanjur booking, ya sudah deh masuk aja. Di luar dugaan, ternyata hotel ini lucu banget! Lobby-nya memang sempit sih, tapi cukup lucu dengan desain hotel yang menarik. Kamar kami rupanya udah ready, jadi kami bisa langsung masuk sebelum pukul 14.00.

Kamar yang kami tempati cukup baik, biarpun nggak luas-luas amat. Bersih, cahayanya cukup, kamar mandi terang benderang dan cukup luas. Kami menghabiskan waktu di kamar, nonton TV, pesan makanan pakai ojek online, bermalas-malasan, pokoknya kami cuma ngendon di kamar dari waktu check-in sampe waktunya tidur. Selain mager, kami juga capek. Jadi, lebih baik hari ini buat istirahat supaya besok bisa bangun lebih pagi buat jalan-jalan.


Pagi-pagi, kami langsung check out dan cus ke Kota Lama Semarang. Letaknya agak jauh dari hotel, cuma ya nggak jauh-jauh amat sih. Sesampai di Kota Lama, kami langsung cari sarapan Tahu Gimbal. Saya, seumur hidup, belum pernah nyobain Tahu Gimbal. Ternyata enaak dan porsinya cukup besar. Setelah kenyang, kami pun car tempat parkir kendaraan, lalu mulai berjalan kaki mengelilingi Kota Lama.

Terakhir kali ke Kota Lama Semarang, rasanya belum seramai ini. Di sini masih relatif pagi, matahari belum terlalu tinggi, tapi sudah banyak orang berfoto dan berkeliling area Kota Lama. Spotnya sih standar aja ya, seperti kota-kota tua lain di masing-masing kota, yang identik dengan bangunan-bangunan tua khas zaman Belanda dan sesudahnya, banyak juga rumah-rumah penduduk yang masih mempertahankan bangunan lamanya. Di sini cukup banyak spot-spot untuk berfoto yang lumayan instagrammable. Saya sendiri lumayan menikmati suasana di situ, beserta bangunan-bangunannya, juga para pedagang yang berjualan aneka makanan dan barang-barang. 








Setelah puas jalan-jalan dan jajan di Kota Lama, kami langsung beranjak pulang ke arah Jogja. Sebelumnya, kami mampir dulu beli Lunpia, Tahu Baxo, dan Bandeng Presto. Dan, karena penasaran, saya juga ngajak Vido buat ke Cimory On The Valley yang terletak di Ungaran (searah dengan jalan pulang ke Jogja). Perjalanan cukup memakan waktu sampe akhirnya kami tiba di Cimory. Jadi, Cimory adalah pusat hiburan keluarga, di mana ada Mini Zoo, Patung Aneka Bangunan Khas Dunia (Miniaturnya), Restoran, dan Pusat Oleh-oleh Khas Cimory. Saya dan Vido memilih untuk masuk ke Mini Zoo (saya lupa namanya, kayaknya sih Dairy Land) dengan harga tiket sebesar 15ribu per orang (dapat bonus satu botol mini yoghurt dan potongan harga belanja oleh-oleh). 



Di sini nggak terlalu banyak hewan yang dipelihara, tapi cukup variatif. Ada kelinci, rusa, kambing, sapi, unta, dan lain-lain. Di sini juga bisa ngasih makan hewan-hewan (beli dulu di pos-pos yang tersedia). Ada satu fenomena menarik di mana ada dua area bersebelahan yaitu Kambing Bule (lupa jenisnya) dan Kambing Indonesia. Di area Kambing Bule, banyak bangeeet orang berebut pengen kasih mereka makan, sementara si Kambing Indonesia cuma ngelihatin aja sambil sesekali mendekat kalo ada orang "nggak sengaja" lewat area mereka. Walaupun mereka pasti dikasih makan sama pihak Cimory, tetep aja saya melihat kesenjangan antara dua jenis kambing tersebut. Dan, berhubung saya berperi-kehewanan (rather than berperi-kemanusiaan), saya jadi super sedih ngelihat kambing-kambing Indo yang cuma bisa duduk sambil menatap Kambing sebelah yang lagi asik lari-larian sambil ngejar wortel yang disuapkan ke mulut mereka.

di sini sepi

ini belum terlalu rame.
setelahnya, orang-orang bergantian masuk untuk
kasih makan kambing di sini


*Mungkin, sebaiknya, dari pihak pengelolanya lebih mengarahkan lagi kali ya? Ada batasan orang yang masuk ke area Kambing Bule, sehingga Kambing Indo masih punya chance untuk dilirik oleh para pengunjung yang ngantri pengen kasih makan. Kasian lho, saya cukup lama di sana dan mereka cuma bisa lihatin aja tanpa satupun yang masuk ke area mereka. Hewan memang nggak bisa mikir sih, tapi mereka kan punya perasaan :)

Next, setelah puas mengkasihani kambing-kambing lokal dan beralih untuk lihat sapi-sapi belang hitam putih, saya akhirnya pergi ke Rumah Hobbit yang terletak di sudut lain di Dairy Land. Di area sini ada beberapa rumah hobbit mini yang terletak di dekat kandang kelinci dan kandang rusa. Lalu, setelah puas melihat-lihat, piknik kali ini ditutup dengan berfoto di spot iconic di Cimory, yaitu di kursi yang diapit botol Cimory raksasa. 



Nggak afdol ya, cyin, kalo nggak foto di situ! Hehehe.

Kami sempat berbelanja aneka susu (yang harganya lebih mahal daripada Cimory yang dijual di Supermarket) dan roll cake. Di sini rame banget dan berdesak-desakkan. Untungnya semua tertib pake masker. Saya aja nggak berani berlama-lama, pokoknya begitu dateng langsung menuju area susu buat ambil produk. Plus, ngefotoin area boneka yang rada sepi, ding! Hehe. 


gemes!

Kami pergi meninggalkan Cimory ketika hari sudah lewat tengah hari. Karena kami belum terlalu lapar, kami pun langsung melanjutkan perjalanan pulang ke Jogja. Saya sih pengennya makan di area Magelang aja. Nyari bakso kerikil kayaknya enak. Sekitar satu-dua jam kemudian, kami sampe di Magelang dan makan bakso kerikil di area Taman Badaan, Magelang. Baksonya lumayan enak, apalagi hari itu hujan. Pas banget dimakan di cuaca yang lagi dingin.

Nothing special sampe akhirnya kami nyampe di Jogja dengan selamat. Alhamdulillah. Bersyukur banget bisa piknik tipis-tipis gini. Semoga, ke depannya, pandemi bisa segera mereda supaya bisa lebih sering jalan-jalan lagi. Yuk, ketatkan lagi prokesnya, jangan lupa selalu pakai masker dan jaga jarak! 

Cheers!




0 komentar