Celoteh tentang Kematian

Segala sesuatu yang tercipta di dunia ini memang hanya milik Tuhan. kita hanya dititipkan oleh Tuhan untuk menjaga, memelihara, dan mengarahkannya menjadi yang lebih baik. entah itu tumbuhan, hewan, harta, atau bahkan manusia. manusia boleh aja berusaha sekuat tenaga, menghabiskan harta atau apapun untuk menjaga titipan itu tetap bersamanya, namun hanya Tuhan yang bisa berkehendak. saat Tuhan mengambilnya dalam waktu tertentu yang kita tidak tau kapan, kita harus mengikhlaskannya.

Belakangan ini, berita duka sering sekali saya dengar. beberapa minggu yang lalu, Pakde saya meninggal. Kakak dari papa saya. Setelah melewatkan waktu yang lama untuk berjuang melawan penyakitnya, beliau akhirnya menyerah. Beliau adalah orang yang hebat bagi saya. dalam keadaan apapun, beliau selalu mendekatkan diri pada Tuhan. beliau selalu menjalankan perintah Tuhan tanpa peduli betapa ringkih fisiknya.  jujur, saya merasa sangat kehilangan beliau. dan yang membuat saya terharu adalah istrinya yang sangat tegar menghadapi kepergian Pakde saya. saya nggak pernah tau apa isi hati Bude saya, apakah beliau menangis, merasa kehilangan, atau apa. tapi yang saya lihat, beliau begitu kuat. begitu kuat dalam menguatkan anak-anaknya yang masih kecil untuk menerima kenyataan bahwa Abinya telah meninggal. begitu kuat untuk selalu setia menunggui dan melayani suaminya selama ini bahkan dalam keadaan sakit sekalipun. begitu kuat mengupayakan apapun agar suaminya lekas sembuh. saya sendiri nggak bisa membayangkan apa yang harus saya lakukan jika saya menjadi dia. tegar dan kuat. mengikhlaskan segalanya untuk Tuhan.

Berita duka lain dikabarkan oleh sahabat dekat saya sendiri bahwa anaknya yang belum berusia dua tahun telah berpulang. kebetulan suami-istri ini adalah sahabat dekat saya. jadi saat saya dikabari bahwa anaknya meninggal semingguan yang lalu, i was shocked! gimana bisa meninggal begitu mendadak? tapi balik kesini lagi, saya berfikir bahwa memang sudah takdirnya seperti itu. Tuhan lebih sayang sikecil untuk berpulang kepada-Nya, untuk mendapatkan tempat yang lebih indah. saya belum banyak berkomunikasi sama sahabat saya yang cewek, karena saya nggak punya pulsa sms hahaha tapi saya sudah bbm sahabat saya yang cowok. kebetulan juga, mereka berdua sering curhat sama saya jadinya saya tau gimana perasaan mereka kehilangan anak satu-satunya yang masih kecil. sahabat saya bercerita gimana si kecil sakit dan kemudian akhirnya meninggal. saya sendiri nggak ngelayat karena langsung dimakamin hari itu juga di Solo. oh my God. betapa Tuhan itu tidak pernah memandang usia dalam mengambil titipan yang dititipkan oleh hamba-Nya.

Beberapa hari yang lalu, tetangga satu gang saya juga meninggal. Begitu sering saya mendengar kabar duka hingga itu membuat saya kembali berfikir. Tuhan bisa saja mengambil apapun yang menjadi milik-Nya. kapanpun dan dimanapun. bagaimanapun kondisinya. Tuhan tetap akan mengambilnya saat masanya telah tiba. mungkin itu sekaligus sebagai peringatan bagi saya dan juga bagi setiap orang bahwa setiap orang pasti meninggal. kita harus siap dalam kondisi apapun, jika suatu saat nanti apa yang dititipkan oleh-Nya diambil kembali. kita juga harus siap jika kita sendirilah yang akan diambil oleh Tuhan. kita harus siap dan bilamana Tuhan mengambil nyawa kita, kondisi kita masih atau sudah berada dalam ridho-Nya. Saya sendiri selalu mengesampingkan pikiran saya dari kematian dan kehilangan. saya pernah merasakan kehilangan yang amat sangat dalam saat Tuhan mengambil nyawa orang-orang yang sangat dekat dalam satu waktu sekaligus belasan tahun yang lalu. Saat itu, karena masih terlalu kecil saya belum terlalu mengerti. namun saat saya tau bahwa mereka tak akan mungkin kembali lagi, kehilangan itu menjadi semakin dalam saya rasakan. my God! tapi saat ini, saya sudah belajar untuk mengikhlaskan. mengikhlaskan apa yang harus dikembalikan kepada-Nya. Mengikhlaskan pakde, mengikhlaskan anak sahabat saya, mengikhlaskan saudara-saudara dan teman-teman saya yang sudah lebih dahulu meninggalkan dunia. karena itu hanya milik Tuhan, bukan milik kita. kita hanya diberi kesempatan untuk saling mengenal, saling menyayangi, saling memberi tau mana yang benar dan mana yang salah. dan kita juga harus ikhlas menerima keadaan dimana saat kita sudah saling terbiasa, Tuhan akan mengambilnya dari kita.

Karena Tuhan menyayangi mereka, maka Tuhan mengambil mereka. Tuhan mengambilnya karena Tuhan ingin mereka lebih dekat dengan-Nya. kita harus percaya bahwa itulah yang terbaik untuk mereka. Sesungguhnya Tuhan mengetahui apa yang tidak kita ketahui..



0 komentar