Ini Bukan Pencitraan!

Saat ini saya galau. Galau pada keadaan di mana saya nggak tau apa yang harus saya galau-in. Rasanya hati nggak tenang. Ini-itu juga nggak beres. Perasaan nggak pernah bisa tenang. Pikiran nggak berhenti berfikir. Saya menjadi haus. Semuanya nggak pernah cukup terpenuhi. Antara hati, pikiran, dan keinginan nggak bisa sinkron. Dan, saya lelah.

Mungkin saya kurang bersyukur. Mungkin saya mulai lupa berdzikir. Tuhan mulai mengingatkan saya bahwa Dia masih sayang sama saya. Dibuatnya perasaan saya menjadi campur aduk. Galau. Banyak pikiran. Hingga akhirnya rambut jadi pada rontok semua. Hiks.

Tuhan, saya tau tulisan saya di sini akan terkesan saya pencitraan, berasa saya sok mendekatkan diri pada Engkau. Berasa pamer entah apapun itu. Tapi biarlah. Toh maksud saya juga nggak gitu. Just close this page down if you feel it's bothering you. Tapi saya ingin Tuhan saya membuka mata saya. Bahwa selama ini saya sudah cukup bahagia. Saya sudah cukup mendapatkan apa yang saya mau. Semua yang saya inginkan, semua yang saya targetkan, semuanya nggak meleset barang seinci pun.

Saya-biarpun-nggak-jadi-sarjana-teknik bisa melalui kuliah dengan lancar. Lulus sesuai target orangtua, dapat pekerjaan sesuai keinginan biarpun nggak kerja di perusahaan Tbk.

Pun, saya masih bisa jalan-jalan di akhir pekan, meskipun nggak melulu piknik ke satu destinasi yang cantik. Saya masih bisa bekerja tiap hari Senin sampai Jumat tanpa lembur satu hari pun (kecuali closing). Saya masih bisa pacaran sama Vido setiap hari, diantar-jemput setiap hari, nonton, makan, jalan-jalan, dibelikan apapun yang saya inginkan. Saya masih bisa tidur jam 9 malam dan bangun pagi setiap hari. Saya masih bisa jogging tiap Sabtu bareng Vido dan sarapan pecel sesudahnya. Saya masih bisa ketemu teman-teman saya yang lain dan mengajak mereka untuk hang out sepulang kerja.

Dan, hanya karena satu perkara yang-sebenernya-bukan-perkara, saya membuat semua hal itu menjadi tidak indah lagi.

Saya tau, usia saya-yang-belum-waktunya-pakai-krim-anti-aging memang belum matang. Seperempat abad pun masih belum sampai. Namun kenapa saya sudah mulai merasa lelah dengan semua ini?

Mungkin saya kurang bersyukur.

But hey, nobody is perfect. There's a condition when someone is feeling down. Like i am. 

Mungkin saya kurang...

Ah, sudahlah. Mau diulang sampai kapan pun, nggak akan kena. Sudah lah. Cukup dari hati aja ngeluhnya.

Tuhan, I knew. You always be there for me. Especially in the one third of the night. But I always left it. Missed it like i never need You. But I do. I really really need You.

Seandainya nggak dikira pencitraan, mungkin saya udah bilang kalau saya pegang tasbih.
But I am not. Tenang aja. Tasbih saya ilang. Saya biasa dzikir pakai tangan.

Oh God, pikiran saya sepertinya udah kacau banget. Jangan bilang siapa-siapa ya. Saya takut masuk rumah sakit jiwa. Saya belum gila kok.

Tuhan. I know the power of dzikir. But...

Kadang, hanya karena satu atau beberapa keinginan kita yang tak dikabulkan Tuhan akan membuat kita merasa bahwa Tuhan tidak adil. Hanya karena melihat orang lain mendapatkan apa yang tak kita dapatkan menyebabkan kita iri. 
Saya hanya ingin dijauhkan dari iri dan prasangka. Saya hanya ingin diyakinkan bahwa saya sudah sangat bahagia dengan semua ini.

This word is really hard to say. Too hard.

But hey! Demon in me! I am happy in my happiness world. I don't need anything else.



Alhamdulillah.

Galau masih belum hilang. Tapi cukupan buat melonggarkan hati yang mulai sesak.

Tuhan masih bersama saya kok.


0 komentar