Kebun Buah Mangunan, Bantul, Yogyakarta

Sudah beberapa kali saya ke sini karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari rumah saya.

Letaknya berada di dekat hutan pinus. Kalo dari perempatan terminal Giwangan, tinggal ambil jalan ke selatan. Lurus aja terus ke selatan belasan kilometer sampai ketemu pohon di tengah jalan bercabang. Ambil yang jalan ke kiri. Nanti tinggal ikuti jalan ke arah Kebun Buah Mangunan.

Sebenarnya kalau mau ke daerah sini bisa sekalian ke Hutan Pinus dan Puncak Becici. Tapi, kebetulan, kali ini saya hanya ke Kebun Buah Mangunan saja karena waktu yang terbatas.

Kebun Buah Mangunan terkenal karena gardu pandangnya yang sangat indah. Untuk bisa menikmati kebun buah berikut dengan gardu pandangnya, seorang dikenakan tarif Rp 5.000 (tahun 2017) sudah termasuk biaya parkir. Nanti akan diberikan karcis retribusi dan tidak ada pungutan liar lainnya (berdasarkan pengalaman pribadi).

Setelah melewati pintu masuk, kendaraan kita akan diarahkan petugas untuk naik ke gardu pandang. Sepanjang jalan naik, di situlah banyak pohon buah-buahan. Tapi, sepertinya banyak orang yang ke sana hanya untuk melihat gardu pandang, tanpa memedulikan kebun buahnya. Hm, mungkin ini bisa jadi masukan pemerintah setempat untuk mengelola kebun buahnya supaya lebih menarik dikunjungi. Kan seru juga tuh kalo banyak buah-buahan yang bisa kita nikmati, bisa jalan-jalan di perkebunan buah dan lebih mengenal buah-buahan apa yang bisa tumbuh di dataran tersebut. Sayang banget jika sebuah tempat wisata bernama "Kebun Buah" tapi perkebunannya bukan jadi tujuan utama, melainkan gardu pandangnya.

Setelah sampai di titik gardu pandang, kami memarkir kendaraan. Ada beberapa petugas di sana yang akan mengatur dan menjaga kendaraan kita. Lalu, sepanjang perjalanan dari parkiran menuju gardu pandang, ada beberapa penjual makanan kaki lima dan warung-warung makan. Lumayan, berhubung belum sarapan, jadilah saya beli sebungkus bakso tusuk saos kacang. Hihihi XD

Gardu pandangnya yang legendaris itu kebetulan tidak terlalu ramai pengunjung (walaupun cukup bisa dikatakan ramai, biasanya ramai sekali sampai nggak ada tempat untuk berdiri di tepian gardu). Mungkin karena saat itu bukan saat weekend. Saya, seperti biasa, menikmati suasana sekitar, menghirup udara di siang yang sudah mulai panas, dan mengamati orang-orang yang berlalu lalang. Ada yang berfoto di tepian gardu pandang, ada yang duduk-duduk memandang ke arah sungai yang menjadi objek pemandangan di gardu pandang tersebut, ada pula yang duduk-duduk di rumah pohon. 

Ada dua titik gardu pandang. Yang satu, tentu saja, yang sudah legendaris dengan tepian berpagar yang dicat berbentuk mirip kayu. Di sekitar titik objek gardu pandang ada beberapa tempat duduk, dan disediakan beberapa titik tempat sampah. Ada beberapa pohon yang disediakan dudukan menyerupai rumah pohon (karena harus dipanjat), ada pula gazebo untuk pengunjung yang mulai kepanasan.

Titik gardu satunya merupakan objek yang relatif baru (karena terakhir kali saya ke sana masih belum ada). Objeknya berupa tangga turun yang dihias oleh mini garden. Tapi, objek gardu pandangnya masih kurang menarik dibandingkan yang sebelumnya, karena ruas sungainya kurang terlihat bagus.

Saya cukup senang bisa kembali ke tempat ini, karena setiap saya ke sini terdapat perkembangan-perkembangan terbaru dari objek wisata ini, yang artinya objek tersebut mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. Hal yang sangat saya sukai adalah, banyak titik tempat sampah, yang artinya orang-orang tidak punya alasan untuk membuang sampah sembarangan (walaupun masih saya temukan beberapa sampah yang berceceran). Namun percayalah, objek wisata ini sangat menarik untuk dikunjungi.




See you at my another journey!

 

0 komentar