Camping (or 'Saung-ing'?) di Pantai Seruni, Gunung Kidul, DI Yogyakarta

Hari itu hujan. Tapi rencana sudah nggak bisa diundur lagi. Kami sudah berencana untuk camping di Pantai (entah pantai mana). Pokoknya camping, meredam kerinduan sama pantai! Ciyeeh!

Dan akhirnya nekat, kami pun berangkat. Sepanjang perjalanan pun hujan. Tadinya berharap dapat sunset, tapi apalah ya kalo hujan gini, boro-boro sunset. Bisa bangun tenda aja udah syukur.

Ketika sudah sampai di kawasan pantai Gunung Kidul, kami pun berhenti untuk membayar retribusi. Harganya Rp 10.000 (Tahun 2017) per orang. Iseng, teman saya nyeletuk "diskon dong, mas!". Akhirnya kami berempat dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 30.000 dan hanya diberi 2 tiket. Hmm... Kok cuma dua yaaa? Hayooo, yang satu tiket masuk kantong yaa?
Ya sudah lah ya. Sebagai pengunjung, kami tidak dirugikan kok. Malah senang karena dapat diskon. Tapi sebagai petugas yang baik, harusnya nggak boleh begitu kan? Kalo memang nggak ada diskon, ya nggak papa, toh kami juga tetap akan bayar :)

Kami memutuskan untuk ke arah Pantai Siung. Di sana kami mulai galau, pengennya ke Pantai Pok Tunggal atau Seruni. Akhirnya kami berjalan ke arah Pantai Seruni. Untuk mencapai ke Seruni, kami harus melewati jalan terjal berlumpur (karena hujan) dan berbatu sejauh 2-3 km. Lumayan juga pegelnya kalo naik motor ini mah. Heuheuheu but it was okay, saya selalu menerima kenyataan apa pun saat jalan-jalan, termasuk naik motor dengan jalan terjal di tambah hujan pula. Ugh! Hehehe!

Oh iya, sebelum masuk ke Pantai Seruni, ada pungli yang menyetop kami dan menyodorkan kotak sumbangan "sukarela".

Walaupun saat sampai pantai Seruni bertepatan dengan sunset, but as i though, tidak ada sunset sama sekali karena cuaca sangat mendung dan hujan deras.

Tentu aja, nggak ada kayu bakar yang bisa dinyalakan. Padahal dingin banget! Brrr!

Belum bisa menegakkan tenda juga, karena pasirnya becek.

Akhirnya, kami duduk di warung yang cuma ada satu-satunya di Pantai Seruni. Beruntung si ibu pemilik warung berbaik hati mau berbagi saungnya untuk kami yang kehujanan. Beliau juga sempat menawarkan kayu bakar, tapi yah apa daya deh kalo basah juga sama aja nggak bisa dinyalain :(

Hari itu dingin sekali. Ombak di pantai lagi besar-besarnya sehingga biarpun kami bisa mendirikan tenda, pasti tenda kami tetep basah sama ombak. Kami semua kedinginan. Kami duduk di warung, dan si ibu berbaik hati mau membuatkan mi instan dan kopi panas untuk kami. Dan apa mau dikata jika hari itu cuaca sedang buruk? Lalu kami pun hanya bisa menikmati dinginnya malam dengan bercanda sampai kami pun capek sendiri dan akhirnya tertidur di saung si ibu. Malem itu rasanya panjang banget, karena saya berkali-kali terbangun. Ngeliat temen-temen yang lain udah mulai pada bobo ditempatnya masing-masing, ada yang di kursi saung, ada yang di tanah dialasin matras, seperti saya.

pantai seruni di pagi hari

Beruntung akhirnya pagi pun datang. Saung juga mulai buka lagi untuk berjualan di hari itu. Saya pun langsung berjalan menuju pantai, bertemu dengan ombak. Riak-riak pantai sungguhan bikin saya rindu. Saya ini orangnya jarang banget piknik, apalagi ke pantai. Makanya begitu bisa jalan ke pantai aja rasanya udah bahagia banget (mehehee kampungan!). Hujan dan penderitaan semalem rasanya udah ga berasa lagi (cyaaah!! penderitaan?). Kami pun berlarian di bibir pantai, menikmati suasana pagi dipadu dengan deburan ombak.



Biarpun malamnya mencekam, tapi paginya tetep bahagia karena ketemu lagi sama air pantai. Mehehehe.







See you at my another journey!


0 komentar