Nganterin Suami Bedah Kaki (Kista Ganglion) Pake BPJS di RS Siloam Yogyakarta

Hello Blogwalkers!

Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman Vido saat biopsi/bedah kaki di RS Siloam Yogyakarta. Jadi, di dekat mata kakinya Vido yang sebelah kanan itu ada benjolan sebesar cilok. Katanya, sih, nggak sakit, tapi lumayan mengganggu ketika harus pake sepatu. Tadinya hanya didiemin aja, tapi, kok, selama berbulan-bulan enggak kempes juga. Akhirnya, kami memutuskan buat ke rumah sakit untuk ngecek benjolan tersebut.


Karena kami pengen pake BPJS, jadi kami harus ke faskes 1 dulu untuk dicek keadaan kakinya. Diagnosa awal dari dokter faskes 1 adalah kista ganglion, dan langsung dikasih rujukan ke rumah sakit tipe C (faskes 2). Kami memilih Rumah Sakit Siloam, karena dekat rumah dan bisa booking dokter lewat website. Setelah dapat rujukan, kami langsung booking dokter, dan pilih dokter bedah sesuai dengan tanggal periksa. Nantinya, jika sudah berhasil booking tanggal, jam, dan dokter, akan ada konfirmasi yang bisa discreenshot sebagai bukti pendaftaran. 

Di tanggal yang sudah ditentukan, kami ke RS Siloam. Awalnya, kami ke bagian informasi yang berada di dekat pintu masuk. Di sana, berkas-berkasnya bakal dicek terlebih dahulu sebelum dikasih nomor antrian pendaftaran. Sebelumnya, kami sudah fotokopi rujukan dan KTP untuk keperluan RS, tapi ternyata kartu BPJSnya juga kudu difotokopi. Untungnya, di seberang rumah sakit, ada percetakan yang juga melayani fotokopi. Setelah berkas-berkas ready, kami dapat nomor antrian ke bagian pendaftaran untuk registrasi kontrol di hari itu. Antri pendaftaran nggak terlalu lama dan prosesnya juga cepat. Sebentar aja, kami sudah dapat map yang berisi berkas-berkasnya Vido, lalu disuruh turun ke lantai 1 untuk proses selanjutnya.

Di lantai 1, map langsung diserahkan ke loket suster. Mudah banget nemuin loketnya karena dari eskalator pun sudah kelihatan loketnya yang paling besar. Setelah taruh berkas di situ, kami tunggu antrian buat ditensi dan ditimbang, lalu bisa langsung lanjut ke antrian ke dokter bedah. Hari itu cukup ramai, jadi kami antri lumayan lama. Sekitar 1 jam, Vido baru bisa masuk ke ruangan dokter. Saya nggak ikut nemenin masuk, jadi cuma bisa nanya-nanya doang ke Vido. Kata dokter, lebih baik benjolannya diambil saja supaya tidak mengganggu aktivitas dan supaya tidak makin membesar atau bahkan bisa juga berpindah tempat. Well, okey. Akhirnya, setelah diputuskan akan dibedah, kamipun dapat antrian baru ke bagian Operasi. 

Bagian Operasi letaknya jadi satu dengan bagian Corporate-Insurance. Ruangannya ada di ujung di lantai 1. Ruang tunggunya cukup nyaman meskipun cukup ramai. Setelah menunggu sebentar, kami masuk ke ruangan untuk dijelaskan proses pre dan post operasi. Intinya, Vido kudu screening kesehatan dan swab PCR di H-2, lalu datang ke rumah sakit H-1 operasi (pagi hari). Penunggunya hanya boleh satu orang, dan kudu swab antigen dulu (biaya sendiri dan harus di RS Siloam). Jika setelah screening kesehatan kemudian memutuskan untuk batal operasi atas permintaan sendiri, maka biaya screeningnya juga akan batal ditanggung dan akan ditagihkan ke pasien. Nggak ada persiapan khusus karena ini operasi kecil, kecuali hanya disuruh puasa H-1 malamnya.

Benjolan di deket mata kaki. Gedenya sebesar cilok.

H-2 Bedah Kaki

Hari Kamis, 16 Juni 2022, Vido berangkat screening kesehatan. Saya ngga ikut karena masih ada kerjaan kantor. Screeningnya juga cuma sebentar. Katanya cuma diswab dan diperiksa mirip-mirip kayak medical check up gitu. Lalu disuruh pulang. Kalo nggak dikabarin sampe sore, berarti screeningnya bagus dan besoknya bisa langsung dateng ke Siloam. Berhubung sampe sore nggak ada kabar apapun dari Siloam, kamipun siap-siap packing untuk ke Siloam besokannya.


H-1 Bedah Kaki

Hari Jumat, 17 Juni 2022. Kami datang ke Siloam dan langsung ke bagian pendaftaran rawat inap di lantai 2. Berhubung saya belum swab, jadi saya disuruh swab dulu di IGD, sementara Vido langsung diantar naik ke lantai 6. Setelah hasil swab keluar, saya balik lagi ke pendaftaran untuk selesaiin proses masuk. Saya dapat gelang penunggu pasien yang nggak boleh dicopot sampai rawat inap selesai. Saya juga dapat kartu lift yang digunakan untuk naik ke lantai 6 (tempat rawat inap dan kamar operasi). Setelah itu, saya langsung naik buat nemuin Vido di ruang rawat inap.

gelang penunggu

kamar kelas 1. Satu kamar ada dua bed yang dibatasi korden.

peralatan mandi dan baju ganti untuk operasi besok.

Ketika saya sampai, Vido sudah di kamar inap. Setelah naruh barang-barang dan nungguin Vido sebentar, saya langsung berangkat ke kantor karena masih harus kerja. Untungnya, kantornya deket banget dari Siloam, jadi saya bisa jalan kaki ke kantor. Sorenya, saat balik ke Siloam, Vido udah diinfus dan makan malamnya sudah ready. Sekitar jam 7 atau 8 malem, saya dikasih matras sama suster, dan diinfo kalo jadwal operasinya Vido bakal dilakukan besok pagi jam 7. Biusnya hanya bius setengah, yaitu dari perut sampai kaki. Jadi, Vido bakal tetep sadar selama di operasi.


Hari H Bedah Kaki

Hari Sabtu, 18 Juni 2022. Ternyata, jadwal operasi Vido mundur ke jam 12.00. Akhirnya, saya mutusin buat pulang dulu untuk mandi dan ganti baju (dan tidur bentar karena di rumah sakit ngga bisa tidur sama sekali karena matrasnya tipis dan kecil). Jam 11 saya berangkat ke Siloam, lalu nungguin Vido di kamar. Agak heran karena nggak dijemput-jemput sama suster, lalu nanya lagi dan dapet jawaban bahwa operasinya mundur lagi. Subhanallah sekali, ya! Akhirnya Vido baru bisa bener-bener masuk ke kamar operasi sekitar jam setengah 2 siang. Itupun ternyata masih ngantri di dalam kamar operasinya. Beberapa jam kemudian, baru deh Vido keluar dari kamar operasi dengan kaki yang sudah dibebat pake perban cokelat. Efek biusnya masih ada. Saya agak lupa, tapi kayaknya Vido nggak boleh makan dan minum dulu sampe beberapa waktu, memastikan aja supaya lebih aman. Tapi nggak lama, kok. Setelah jeda waktu sebentar, Vido sudah boleh minum dan makan. Lumayan juga kan lapernya karena dia puasa dari Subuh. Hehehe.

Saya nggak tau ada dokter yang visit atau enggak, karena paginya, kan, saya pulang. Kalo pasca operasi, sih nggak ada dokter yang visit, kecuali dokter anestesi (kayaknya). Tapi susternya berulang kali visit ke kamar buat ngecekin kondisi pasien sambil tensi, cek oksigen, denyut jantung, dan inject obat.


H+1 Bedah Kaki

Hari Minggu, 19 Juni 2022. Pagi harinya, bius sudah full hilang. Vido masih agak kesusahan jalan dan masih nyut-nyutan di bagian yang di operasi, tapi secara keseluruhan, sih, udah terlihat sehat. Pagi itu juga, Vido sudah boleh pulang ke rumah. Jadi, saya urus semua administrasi di lantai 2, lalu balikin kartu lift, setelah itu saya diantar naik ke lantai 6 (karena sudah nggak punya kartunya lagi). Di bagian administrasi, semuanya gratis, tidak ada pembayaran sama sekali. Surat rujukan dan berkas BPJS juga dikembalikan untuk bisa digunakan kontrol dokter satu kali lagi. Setelah balik ke kamar, saya siap-siap beresin barang, sambil nungguin susternya kasih surat ijin sakit dan surat keterangan rawat inap, juga berkas-berkas lainnya. Surat hasil operasi baru bisa diambil minggu depan, barengan sama waktu kontrol. Vido dapat ijin 3 hari nggak masuk kerja pasca operasi. Juga, diinfo bahwa kaki yang diperban tidak boleh kena air sama sekali. Saat pulang, susternya ngantar Vido pake kursi roda sampe ke depan. Baik banget, ya?


H+7 Bedah Kaki

Hari Sabtu, 25 Juni 2022. Kami balik lagi ke Siloam setelah sebelumnya booking dokter via website. Seperti biasa, dicek dulu di bagian depan dan antri pendaftaran, setelah itu baru turun ke lantai 1. Sekitar satu jam kemudian, setelah diperiksa di area suster, Vido masuk ke ruang dokter. Di sana, perbannya dibuka. Lukanya bekas operasi dicek dan dibersihkan, lalu ditutup pake plester luka tahan air. Dokter bilang kalo plesternya boleh kena air dan baru boleh dibuka seminggu kemudian. Setelah menjelaskan bahwa tidak ada hal berbahaya dari benjolannya, kami diperbolehkan pulang. Nggak perlu kontrol lagi karena nggak ada jahitan (kayaknya itu dilem, mirip-mirip kayak melahirkan sesar gitu, kayaknya lho! saya lupa nanya karena sebelumnya saya pikir itu jahitan yang bisa jadi daging). Kamipun pulang setelah sebelumnya ambil surat hasil operasi di dekat loket BPJS.


Selesai! Proses pemulihan Vido juga cepat. Seminggu setelah lepas perban (setelah kontrol dokter), lukanya udah kering dan bisa aktivitas kayak biasa (kena air dan lainnya). Cuma, ya, belum berani aktivitas yang berat dan belum berani nyetir mobil dulu karena nyut-nyutannya masih suka muncul. Sebulan setelah operasi, Vido udah sembuh total, nggak ada nyut-nyutan lagi di bekas operasinya.

So far, kami cukup puas dengan pelayanan yang ada di RS Siloam Yogyakarta. Susternya pada baik semua, pelayanannya baik, operasinya juga berjalan dengan baik (walaupun molor), makanannya baik dan enak (kata Vido ya ini), kamarnya juga cukup nyaman meskipun di sini Kelas Satunya diisi 2 orang. Yang bikin nggak nyaman adalah matras penunggunya yang tipis dan ngepas banget untuk tidur. Dan, nggak dikasih bantal. Itupun matrasnya diambil pagi hari dan baru dikasihin lagi di malem harinya. Yang bikin sebel adalah kami nggak boleh bawa matras/bantal sendiri, sementara yang disediakan cuma ala kadarnya. Kan sedih ya, biar gimanapun penunggu juga harus diperhatikan lah, karena kalo nggak ditungguin kan kasian juga pasiennya hiks. Kalo matrasnya seadanya, seenggaknya kami boleh lah bawa kasur lipat supaya lebih nyaman saat tidur. Tapi, selain itu semuanya oke, kok! Saya lumayan puas bisa nganterin suami bedah kaki di Siloam pake BPJS karena semuanya GRATIS (kecuali swab penunggu kudu bayar tapi cuma 100rb doang). Gratis dengan pelayanan yang bagus, tentu bikin pasiennya happy. So, I would say that RS Siloam Yogyakarta is recommended and reliable!





Tapi, semoga nggak perlu masuk rumah sakit lagi, ya? Kecuali melahirkan, mungkin, hehehe.

Cheers!



0 komentar