Novel Remaja

Saya suka sekali baca buku. Bisa dibilang, itu salah satu hobi saya, selain nonton film dan jalan-jalan. Bahkan, hobi itu sudah saya lakoni sejak saya masih di Sekolah Dasar. Sejak dua puluh tahun lebih yang lalu (apaaaa? 20tahun???), saya sudah gila baca, lebih suka dibelikan majalah daripada mainan yang lain. Favorit saya, tentu aja, Bobo! Walaupun nggak langganan, mama sering banget belikan saya Bobo. Bahkan, saat Bobo ngeluarin buku kumpulan cerpen, saya nggak ketinggalan untuk beli dan membacanya. Seru sekali!

Beranjak remaja, saya mulai beralih membaca fiksi-fiksi remaja. Sering-seringnya, sih, baca Teenlit dari Gramedia dan Katakita, yang jaman segitu ngehits banget pokoknya. Seringnya, sih, baca dan sewa di taman bacaan karena harga novel lumayan juga kan buat anak sekolahan.  Dari 'Dealova', 'Cewek!!!', sampai 'First Kiss', hampir semuanya dilahap. Nggak jarang juga baper setelah selesai baca ceritanya. 

novel remaja koleksi saya. banyak yang hilang
karena dulu sering dipinjam-pinjamkan


Dulu, saya masih ingat, bahwa sedikit banyak kehidupan saya terinspirasi dari novel-novel remaja. Mulai dari nentuin standar cowok yang ditaksir, gimana caranya 'caper' di depan gebetan, cara baikan sama sahabat ketika berantem, bahkan sahabatan ala-ala novel (bikin diary book bersama, ide pajamas party biarpun nggak kesampean, dll) semuanya terinspirasi dari novel. Lucu nggak, sih, kalo diingat-ingat lagi? Kayaknya, semua yang ada di novel remaja tuh beneran kejadian di kehidupan nyata. Misalnya, cowok gaul anak band sekolah pacaran sama cewek cupu. Atau, yang paling sering nih, suka sama sahabat sendiri.

Makin dewasa, makin banyak buku-buku fiksi yang saya baca. Bikin saya lupa sama kumpulan cerpen Bobo, Seri Tokoh Dunia, dan novel-novel remaja lainnya. Bahkan hobi baca pun udah mulai tersingkirkan dengan hobi lainnya (atau tersingkirkan oleh sibuknya pekerjaan). Tentu aja, saya juga lupa dengan kehidupan-kehidupan ala novel remaja atau anak-anak sekolah di kumpulan cerpen. Bahkan, buku-buku masa saya di sekolah dasar pun udah saya hibahkan ke adek-adek sepupu saya (yang kemudian menyesal parah karena bukunya pada sobek dan nggak dirawat!). Hidup saya berjalan sebagaimana mestinya, sesuai dengan usia yang makin lama makin dewasa. Udah lupa gimana rasanya jatuh cinta sama sahabat, atau jatuh cinta sama pacar sahabat. Udah lupa rasanya naksir sama bintang kelas, atau ditaksir sama cowok cupu yang kutu buku.

Hingga, suatu hari, saya iseng baca salah satu Teenlit yang berdebu di rak buku. Anehnya, saat saya baca, cerita itu terasa sangat ringan. Juga, ada rasa kangen dan nostalgia saat saya menyelesaikan novel tersebut. Rasanya seperti kembali ke masa sekolah dulu. Kadang, beberapa cerita bisa membangkitkan kenangan yang menempel di novel itu. Misalnya, saat baca 'Dealova', saya teringat sahabat saya karena kami (dulu) sama-sama suka tokoh Dira. Atau, saat saya baca 'My Friends, My Dreams', saya teringat bahwa itu novel remaja pertama saya dan gimana saya merengek dibelikan novel itu ke Papa. Sungguhan, deh, bikin kangen!

Terus nih, saya jadi mulai berburu novel-novel remaja (yang tentunya diterbitkan di era saya remaja) juga buku kumpulan cerpen Bobo dan Seri Tokoh Dunia. Banyak sekali buku-buku bekas di e-platforms macem Shopee dan Tokped, dan harganya murah! Kebanyakan sih buku bekas taman bacaan. Sedih banget, ya, karena sudah bukan eranya lagi baca buku di taman bacaan bikin mereka terpaksa nutup usaha mereka yang, sumpah, membantu anak-anak sekolahan menyalurkan hobi bacanya dengan cara ekonomis. Sebelum berburu di e-platform, dulu saya sering banget cari ebook gratisan di internet. Tapi setelah menyadari bahwa itu termasuk mendukung pembajakan, saya stop dan mulai cari buku-buku bekas di online shop. Kalo nggak, bisa baca juga di iPusnas secara gratis.

Dulu, saya membaca teenlit hanya untuk mengisi waktu dan menyalurkan hobi. Juga sebagai inspirasi saya sebagai anak sekolahan. Memahami perasaan sahabat atau gebetan melalui karakter-karakter yang kebetulan mirip. Saat ini, saya membaca teenlit untuk bernostalgia. Sekaligus mengingatkan diri saya, bahwa hidup bisa juga dijalani dengan ringan, seringan novel remaja. Mengingatkan saya, bahwa dulu, masalah terumit hanyalah stres karena ikut remidi, juga patah hati karena gebetan naksir sahabat kita. Rasanya saat itu dunia akan runtuh dan hati udah yang paling sakit. Ketika dewasa, ketika masalah lebih rumit dari sekedar peer atau gebetan, saya menganggap teenlit sebagai relaksasi. Melupakan sejenak segala stres yang ada. Juga membuat saya lebih mensyukuri hidup. Juga lebih mencintai suami (eh?) ketika hidup sama suami mulai terasa datar dan biasa aja. Pokoknya, novel remaja itu bener-bener membangkitkan satu rasa di hati yang membuat saya mulai bersemangat lagi untuk menjalani hidup. Membuat saya bisa melihat satu sisi lain yang membahagiakan di dalam hidup.

Saya masih sering membaca novel remaja sampai sekarang. Meskipun, kadang, membaca novel fiksi untuk dewasa/semua umur juga lebih menyenangkan. Namun, saya merasa bahwa novel remaja adalah salah satu mesin waktu saya untuk kembali ke masa-masa yang menyenangkan. Sebenernya, saya nggak melulu memburu novel remaja bekas, tapi juga memburu buku jaman saya masih kecil dulu (Kumpulan Cerpen Bobo, Seri Tokoh Dunia, Lima Sekawan, Goosebumps, dan lain-lain). Seru sekali rasanya jika bisa mendapatkan buku-buku itu dalam kondisi baik (dan murah, tentu saja). Ada rasa puas di hati ketika sudah menggenggam buku yang tak lagi baru. 

Banyak hal di hidup ini yang ajaib. Dulu, saya nggak pernah sekalipun berfikir bahwa ada masa di mana saya akan membongkar kenangan masa-masa muda saya melalui sebuah buku. Saya tak pernah sekalipun memikirkan apakah saya nantinya akan mencari berbagai kenangan untuk bertahan hidup melalui novel dan kumpulan cerpen. Namun, tak ada ruginya. Suatu saat pasti novel-novel itu akan menjadi warisan. Pasti, akan ada tangan-tangan mungil yang haus akan cerita. Saya tak hentinya berharap bahwa nantinya saya akan memiliki keturunan yang mewarisi hobi saya, yang akan meneruskan membaca cerita dan terbawa alur dalam dunianya.

Cheers!


 

0 komentar