Tanggal 12 Februari 2022 adalah jadwal kontrol saya dengan dokter Hasto. Kebetulan, saya haid di tanggal 10, which means saya harus segera ke dokter Hasto untuk konsultasi lagi. Seperti biasa, konsultasi nggak memakan waktu lama, dan dokter kembali meresepkan obat penyubur yang sama dengan yang sebelumnya saya minum. Langsung diminum malam harinya, selama lima hari, di jam yang sama. Berharap semoga obatnya berfungsi dan sel telur saya kembali membesar seperti pada waktu itu. Dokter menyarankan saya untuk kembali seminggu kemudian untuk mengecek sel telur.
Berhubung saya haid (yang artinya gagal hamil), jadi suami saya sekalian daftar ke Laboratorium Pramita untuk tes hormon, seperti yang sudah dirujuk oleh dokter Seso (spesialis Andrologi). Vido pergi ke Laboratorium Pramita untuk diambil darahnya, supaya bisa dicek hormon-hormon yang diperlukan (FSH, Testosteron, dan Estradiol). Malamnya, hasilnya langsung keluar dan dikirim via WA. Begitu hasilnya keluar, saya langsung booking antrian untuk konsultasi dengan dokter Seso di hari Senin.
Senin, 21 Februari 2022. Suami kontrol ke dokter Seso. Dijelaskan panjang lebar tentang hasil analisis hormonnya. Yak, memang hasilnya kurang baik (meskipun nggak jelek-jelek amat). Dokter meresepkan obat dan vitamin untuk diminum selama dua bulan penuh: Profertil diminum dua hari sekali dan Zeman SX diminum sehari dua kali. Obat dan vitamin ini cukup mahal, karena dibeli langsung untuk dua bulan. Tapi, ya udah lah ya. Demi punya anak, apapun akan kami lakukan. Dokter berharap semoga dengan terapi hormon selama dua bulan, bisa membuahkan hasil selama tiga bulan berikutnya. Suami dijadwalkan analisis sperma dua bulan lagi, setelah obat dan vitaminnya habis. Dokter bilang, biasanya beliau akan menyarankan untuk inseminasi buatan jika terapi hormon berhasil (terlebih dengan kasus saya yang PCO). Tapi, kembali lagi ke kami, jika masih pengen cobain hamil alami ya dipersilakan. Tapi kalo gagal, yaa terpaksanya ngulang lagi terapi hormon. Mungkin disarankan begitu supaya nggak terlalu banyak waktu dan uang yang keluar, juga supaya ikhtiarnya lebih maksimal. Hm, bhaiqlah. Berhubung saya sempat berhasil punya sel telur normal, saya masih optimis untuk bisa hamil alami. Bismillah.
Di tanggal 19 Februari 2022, saya kembali kontrol ke dokter Hasto. Saat itu adalah hari ke 10 dari HPHT. Saat USG TransV, sel telur saya ukurannya masih 13-14mm (lupa tepatnya). Dokter bilang, sepertinya, ini bakal agak tertunda karena sel telurnya masih kecil. Meskipun gitu, dokter menyarankan untuk kembali lagi minggu depan untuk cek perkembangan sel telur. Saya, seperti biasa, nggak diresepkan apapun. Cuma nunggu aja sampe minggu depan, yang mana di aplikasi menunjukkan waktu masa subur. Meaning itu adalah hari yang paling pas buat kontrol.
Saya berharap semoga minggu depan sel telurnya sudah normal. Tapi, berhubung suami masih baru mulai terapi hormonnya, saya juga nggak berharap-harap amat. Konsentrasi dulu untuk menormalkan hormon dan sperma suami, juga menormalkan sel telur saya supaya bisa normal dan pecah. Selebihnya sih, terserah Allah aja mau gimana jalannya. Bismillah, semoga semakin hari semakin baik hasilnya dan didekatkan lagi pada jalannya memiliki keturunan.
Cheers!
Biaya yang dikeluarkan:
Konsultasi dr Hasto, SPOG: seikhlasnya
Konsultasi dr Seso, Sp. And: 200.000
Administrasi IVF Center: 15.000
Diphten (obat penyubur sel telur): 85.000 (5tablet)
Profertil 30 tablet + Zeman SX 60 tablet: 1.200.000 (Profertil sedang kosong, jadi diganti merk lain dengan kandungan yang sama)
Zeman SX 60 tablet (beli susulan di online shop): 430.000 (harga jauh lebih murah dibanding di apotek)
0 komentar