#StoryOfKKN Part 4. Program Kerja di KKN

Cerita lagi deh soal KKN. muehehe. Tapi kali ini saya nggak akan share tentang suka duka saya selama di sana, melainkan mau sharing tentang program-program yang saya dan unit saya bikin.

Jujur, bikin program itu nggak mudah. Seenggaknya buat saya. Saya bukan mahasiswa kreatif yang banyak ide. Saya tipe mahasiswa pasif yang paling males bikin inovasi baru dan sekarang saya dipaksa untuk membuat minimal dua program, program umum dan program yang berkaitan dengan jurusan bersangkutan. Asli, bingung setengah mati. Observasi udah kelar dan temen-temen lain udah nemuin program individu masing-masing. Tinggal saya aja yang belum. Makin bingung lah. Konsultasi, tanya sana-sini, akhirnya saya dapet program pembuatan buku tabungan untuk sekolah. Untung aja ada SD di desa itu. Program umumnya sementara belum dapet, masih bingung soalnya. Berhubung di unit saya ada 4 mahasiswa Ekonomi dan masing-masing nggak boleh ada program yang sama, akhirnya saya cross check sama mereka. Kali aja ada yang sama. Nah nah nah, bener kan. Ternyata Mas Bagus juga program buku tabungan. Good! Makin bingung aja. Tapi akhirnya Yanuar kasih umpan. Gimana kalo programnya lebih ke pembenahan laporan keuangan Karang Taruna dan Manajemen Struktur Organisasinya. Wow. Cool! Setelah sepakat, akhirnya saya pake program yang Pembenahan Laporan Keuangan untuk program Ekonomi dan Pelatihan Microsoft Excel buat siswa SD di sana untuk program umum. Fix. Udah mulai ngitung-ngitung jam kerja segala. Semuanya aman terkendali sampe pada akhirnya Pace pamerin laporan KKN temennya. Nih temen aku pake program Mading, gitu katanya. Killing time-nya efektif banget, tambahnya, bisa abis jam kerja kau di situ. Nah nah, akhirnya iman saya mulai goyah akan hasutan setan bernama Pace. Akhirnya setelah hitung ulang jam, saya bisa dapet 32 jam di program Mading! Whoa, padahal saya cuma butuh 38 jam aja untuk program individu. Dibandingin sama pelatihan Microsoft Excel yang cuma dapet sekitar separuh jam dari program Mading, tentu aja saya langsung beralih. Akhirnya saya ambil program Pengadaan Mading Sekolah untuk program umum dan (setelah konsultasi dengan dosen pembimbing) Program Budaya Menabung di desa untuk program khusus.

Setelah sosialisasi dengan pihak-pihak terkait dan accepted oleh Dosen Pembimbing, akhirnya saya fix dengan program saya.

1. Pengadaan Mading Sekolah.
Ini sebetulnya pogram umum, tapi justru ini lah program utama saya. Saya bisa dapat sekitar 32 jam di sini. Setelah sosialisasi dengan guru sekolah, saya akhirnya dapat 4 kelas, yaitu masing-masing kelas 5 dan 6 untuk SD 1 dan 2. Persiapannya simpel aja sih, saya titip beli sekitar 60 pcs majalah Bobo bekas sama kakak saya yang di Jogja karena di Klaten saya nggak tau tempat jual majalah bekas. Kemudian untuk bahan-bahan lainnya (Kertas Asturo, gunting, lem) saya beli di sekitar lokasi.
Saya kebagian di ekstrakurikuler untuk SD 1 dan ngebajak jam guru kelas untuk SD 2. Muehehe. Prosesnya lumayan seru kok. Ada seneng ada sebelnya. Sebel karena ada beberapa anak yang bandel. Seneng karena bisa ngajarin sesuatu yang sama sekali baru untuk siswa di sana. Satu pelajaran besar yang saya petik dari proses pembuatan Mading ini adalah bahwa pendidikan dan perkembangan pola pikir anak-anak di kota besar ternyata jauh berbeda dari anak-anak di kota kecil. Saya pikir tadinya pelajaran Mading ini akan menjadi membosankan dan sangat mudah bagi mereka. Basis pikiran saya seperti itu karena saat saya masih di sekolah dasar, pembuatan mading sekolah merupakan hal yang wajib dilakukan oleh siswa kelas 5 dan 6 tiap bulannya. Otomatis, ide-ide dan kreativitas saya dan teman-teman SD saya dahulu sudah terbentuk dengan baik karena terbiasa membuat mading sekolah tiap bulannya. Bahkan, sekolah saya pernah mengadakan lomba mading untuk tiap anak. TIAP ANAK, bukan tiap kelompok loh! Bayangkan, saya-si anak kelas 6 SD- membuat mading sebesar kertas asturo, penuh dengan guntingan kertas dan untaian kata-kata lainnya, sendirian. Okay, back to topic. Ternyata, anak-anak di sini sama sekali nggak tau bagaimana cara membuat mading. Jangan kan membuat, Mading itu apa saja mereka nggak tau. Gosh! Rasa haru spontan terbesit di hati saya. Mereka begitu bersemangat membuat mading, walaupun praktek yang saya ajarkan begitu sederhana. Saya hanya mengajari mereka untuk menggunting cerpen, puisi, dan sebagainya dari majalah dan menempelkannya di kertas asturo. Hanya seperti kliping, bukan mading yang sebenarnya. Betapa hal seperti itu pun mereka tidak tau. Betapa hal sesederhana itu dapat membuat mereka sangat senang dan menantikan kehadiran saya.
Pada akhirnya, saya bisa menghabiskan waktu saya di sini lebih dari 32 jam dalam kurun waktu sekitar 3 minggu. Saya, yang tadinya malas-malasan mengerjakan program, seperti menemukan semangat baru saya ketika saya mulai mengajar. Saya berusaha membuat program saya sesederhana dan semenyenangkan mungkin. Saya berusaha menarik semangat anak-anak, membuat mereka berlomba supaya kelompok mereka yang menghasilkan mading yang paling baik. Dan bagi saya, hasil karya mereka luar biasa. Hasil karya mereka yang dibuat sepenuh hati dan penuh kerja keras, adalah kebanggaan tersendiri bagi saya. Walau pun program ini saya lakukan semata-mata untuk memenuhi syarat KKN, namun pada akhirnya saya menemukan titik di mana saya, dengan sepenuh hati, melakukannya untuk menjadikan mereka lebih kreatif. Tujuan saya yang sepenuh hati ingin membuat pikiran mereka berkembang supaya kelak mereka bisa bercita-cita setinggi bintang dan membawa mereka ke tempat yang lebih baik lagi.

2. Budaya Menabung untuk Anak di Desa.
Program ini hanya memakan seperempat waktu dari total jam program yang harus saya penuhi. Di mana saya akan bersosialisasi mengenai pentingnya menabung, bagaimana cara membuat dan menghias celengan supaya lebih memotivasi anak dalam menabung, dan mengontrol frekuensi anak-anak dalam menabung di celengan mereka.
Saya akui, saya menjalankan program ini dengan setengah hati. Nyali saya udah ciut duluan. Budaya menabung? Bahkan seluruh anak di desa mungkin sudah memiliki celengan masing-masing.
Namun pada akhirnya saya jalani juga program ini. Mau tak mau. Gimana lagi, abisan dah nggak nemu program ekonomi yang lebih simpel dari ini. Saya udah janjiin anak-anak desa buat ngasih celengan yang nantinya akan mereka hias. Bohong banget kan saya, padahal di Lembar Hasil Observasi (LHO) saya nulisnya mau membuat celengan dari bahan bekas. Males saya, bikin pun saya mungkin nggak bisa. Huff, jangan dicontoh ya. Next, saya pergi ke pasar dan nemu celengan dari plastik. Kemudian saya bagikan ke anak-anak. Saya suruh mereka menghias celengan itu pakai kain flanel yang udah saya sediakan. Bener-bener nggak niat bikin program deh saya, jamnya aja nebeng Fitra, yang waktu itu lagi demo bikin pempek ke ibu-ibu di desa. Sekalian lah saya kumpulin anak-anak. Ambil posisi, jepret-jepret, jadi lah program ke dua saya. Huahahaha! full of manipulation. Sudah lah nggak papa. Nyatanya nilai KKN saya juga dapet A. Muehehehehe! Eh tapi nggak manipulasi juga lah, kan anak-anaknya beneran ngehias celengan mereka sendiri.
Dalam program ini saya dapat sekitar 9 jam. 4 jam untuk pembuatan dan menghias celengan, kemudian sisanya untuk sosialisasi. Yap, so far saya nggak bohong-bohong amat lah. Masih ada kenyataan yang saya lakukan dalam program ini. Muehehehe.



Pada akhirnya, saya berhasil melaksanakan program individu saya. Sungguh menyenangkan sekali ya, biar pun ada yang setengah hati juga ngejalaninnya. Program individu teman-teman lain juga nggak kalah seru, biar pun ada manipulasinya juga. Wajar lah, namanya juga KKN kan, bohong banget kalo nggak pakai manipulasi.

Program Unit:
1. Lomba Voli Terpal. Net volinya diganti terpal. Mainnya di atas lumpur. Asli, seru banget!
2. Pengadaan Umbul-umbul. Karena deket sama 17an, makanya kita kasih bendera buat desa.
3. Pendataan Penduduk. Program mainstream banget. Cuma minta fotocopy Kartu Keluarga ke Pak RT, terus dicek angka kelahiran, kematian, dan kepindahan penduduk.

Program Individu:
1. Pengadaan Tong Sampah di beberapa titik desa (Nisa). Biayanya banyak nih, karena harga tong sampahnya yang mahal.
2. Praktek Pembuatan Alas Piring dari Kain Perca (Nisa).
3. Praktek Pembuatan Telur Asin (Mas Bagus). Hasilnya enak loh, maklum lah yang ngajarin buat kan asli Brebes!
4. Desain Ulang Pembukuan Tabungan Siswa (Mas Bagus).
5. Sosialisasi Asean Economic (Yanuar). Ah lupa judul lengkapnya. Pokoknya dia sosialisasi doang ke remaja-remaja di desa.
6. Sepeda Santai (Yanuar).Ini nih program besar yang keren banget. Kapan-kapan saya posting di blog lah kalo sempat (dan ingat). Biayanya nggak tau nih besar apa nggak, karena banyak doorprize di sini.
7. Penerapan Konsep 5S. Desain Perpustakaan Sekolah Menjadi Taman Bacaan (Pace). Ujung-ujungnya dia cuma ngerapiin perpus doang. Bukannya jadi Taman Bacaan tapi malah jadi Taman Gudang! Hahaha!
8. Praktek Menghias Buku dengan Kain Flanel (Pace). Ngajarin anak-anak buat ngehias buku dari kain flanel. Saya ikut-ikutan juga sih, cuma bedanya saya menghias celengan dari kain flanel. Biarin ah, Pace-nya juga nggak protes ini kok. Hasilnya lucu juga, banyak anak-anak yang semangat ngerjainnya.
9. English Fun Learning (Izza). Ngajarin anak-anak SD, bahasa inggris dasar dan nyanyian Inggris. Gara-gara sering bantuin si Izza, saya jadi suka terngiang-ngiang lagunya sampe sekarang. If you're happy and you know it, clap your hand...
10. Sosialisasi Psikologi (Izza). Ini nih, si Izza sama dudulnya kea saya. Giliran program umum aja sukses berat, program khususnya mlintir. Dia juga manipulasi, sama kea saya. Emang kita soulmate beneran, Zza! Huahaha. Izza bikin kuesioner yang harus di isi, dan hasilnya nanti dijelasin. Pada prakteknya, dia emang nyebar kuesioner, tapi nggak ngejelasin juga sih. Ealah..
11. Pengecekan Golongan Darah (Anggi). Programnya agak ribet karena Anggi butuh reagen. Tapi, seperti dugaan, 4 hari penuh Anggi buka lapak gratisan, 4 hari juga itu lapak penuh orang-orang yang pengen dites golongan darahnya.
12. Sosialisasi Obat Antibiotik (Anggi). Cuma bikin brosur aja terus disebarin ke orang-orang di desa.
13. Program Menggambar dan Mewarnai untuk TK dan SD (Mas Nug). Yang program menggambar, diajarin gambar perspektif, gambar tiga dimensi. Keren ya.
14. Lupa nama programnya apa (Mas Nug). Pokoknya dia ngecat sarana permainan di TK. Ayunan, perosotan, sama yang dipanjat-panjat. Biayanya agak besar, tapi dia minta dana dari wali murid.
15. Praktek Pembuatan Pempek Palembang (Fitra). Hasilnya lumayan lah, bisa makan pempek gratisan. Mueheehehe.
16. Sosialisasi Hukum di SD (Fitra). Keanya dia ngajarin rambu-rambu lalu lintas gitu deh. Lupa juga, padahal dulu saya ikutan ngebantuin si Fitra.

Muehehehe. Lumayan kan? Bisa banget tuh jadi referensi program buat kalian yang mau KKN. Kebanyakan program kami sederhana dan nggak terlalu ribet lah. And you know, all of us get 'A' for this pretty KKN huahahaha!



0 komentar