#1Minggu1Cerita: Bertahan Melawan LDR


Masih dalam suasana berbahagia karena, Alhamdulillah, beberapa waktu ke depan saya dan Vido akan segera tinggal bareng. Masih dalam rasa syukur yang teramat dalam, plus ditambah euforia keburu-buru ngurusin pindah kerjaan dan barang-barang yang mau dibawa ke Jogja. Ternyata cukup ribet! But, no matter what, we've always been saying Alhamdulillah buat segala macem kerepotan yang mengiringi kepulangan Vido ini.

Sebagaimana diketahui, bahwa saya udah hampir 4 tahun totalnya menjalani long distance relationship (yang kemudian 2,5tahun terakhir jadi long distance marriage). Kadang masih suka nggak percaya kalo akhirnya Vido bisa dapet kesempatan pindah. Karena, kebetulan, kami agak kesulitan buat cari kerjaan yang pas buat Vido di Jogja, baik dari sisi pendidikan, karir maupun gaji. Kenapa istrinya nggak pindah aja ke Cilacap? Well, saya sih dari awal udah siap jika harus resign dari kerjaan saya dan ikut pindah ke Cilacap (biarpun masih betah bangeeet! tapi demi suami, aku rela!). Tapi balik lagi, si Vidonya nggak mau membangun rumah tangga di Cilacap. Maunya di Jogja supaya kalo balik ke rumah orangtuanya relatif lebih deket. Lha iya sih, enakan di Jogja. Tapi, kantornya Vido nggak pernah approved untuk mindahin Vido ke cabang Jogja. Nah lho, mumet kan?

Kita bertahan melawan situasi seperti ini. Against the distance. Berat nggak? Hm.. Tentu aja! Pasangan baru ini butuh cuan buat bertahan hidup so mau nggak mau harus rela menjalani ldr. Ketemu seminggu sekali, itu pun nggak nyampe 24 jam (karena kantor Vido masuk setengah hari di Sabtu). Well, semua itu tetep kami syukuri. Dan, nggak pernah terputus doa kami untuk memohon dikasih tinggal bareng. Plus, usaha kami juga nggak terputus. Vido berusaha banget cari kerjaan di Jogja yang suitable. Alhamdulillah, setelah 2 tahun berusaha, akhirnya Allah mengabulkan doa-doa kami.

Jangan tanya deh, berapa air mata yang udah tumpah selama kami menjalani ldr. Biarpun hidup kami bahagia, tapi tetep yah banyak juga masalah-masalah yang terjadi dalam hidup berumah tangga. Dan, itu jadi berliat-lipat lebih berat saat jaraknya berjauhan. Kadang juga khawatir kalo inget Vido di sana sendirian, ngekos, makan-tidur-belanja sendiri. Belum lagi di sana nggak ada temen buat diajakin main, tambah kesepian lagi lah dia. Hidup saya di sini sih sedikit lebih beruntung karena masih bisa tinggal sama ortu, literally nggak terlalu sendirian-sendirian amat biarpun nggak ada suami. Tapi teteup yah, kami kudu pinter akrobat, cari waktu supaya bisa barengan, curi-curi libur panjang buat urusin rumah tangga, dan lain sebagainya.

Menjalani hubungan jarak jauh emang nggak gampang. Kami berusaha banget keluar dari situasi ini. Alhamdulillah, tahun ini Allah menjawab doa-doa kami. Segala rasa yang udah terjadi dulu, termasuk rasa kesel sama atasannya Vido gara-gara nggak diapprove pindah Jogja, tiba-tiba hilang. Malah kami berfikir, bahwa itu memang sudah digariskan seperti itu. Yes, Allah cares to us and has His own way to show it to us. Semuanya jadi pembelajaran buat kami. Semuanya berubah menjadi rasa syukur yang teramat dalam ketika kami diberikan kenikmatan yang luar biasa sama Allah.

Finally, we've been through all this time. We've finally done against this ldr. Kami berhasil bertahan melawan ldr. Sungguh, Allah bener-bener sayang banget sama kami. Sungguh, kami nggak tau lagi harus bagaimana mengekspresikan rasa syukur kepada Allah atas nikmat dan rezeki yang baru aja diberikan Allah ke kami.

Alhamdulillah!




0 komentar