1Minggu1Cerita: Untold Best Friends

Buat saya, definisi sahabat adalah orang yang paling dekat sama kita (selain keluarga dan pacar/suami). Orang yang selalu ada saat senang dan susah. Orang yang selalu tau keadaan kita apapun itu. Orang yang selalu dicari-cari dalam keadaan apapun. Orang yang selalu jadi garda depan saat kita ada masalah, juga selalu di belakang kita saat kita akan menjemput kesuksesan.

Jujur, saya nggak punya sahabat. Atau mungkin pernah punya, dulu. Pernah ada dua orang sahabat yang bener-bener klik di hati, memenuhi semua definisi yang saya sebutkan di atas. I've written here about one of them, but ya we'll not talk about them right now karena cuma bikin sedih saat diingat. Sedih karena banyak sekali memori indah yang nggak bisa terulang bersama mereka lagi. Jangankan terulang, mengingat kenangan bersama dengan mereka pun udah nggak bisa dilakukan lagi.

Terlalu banyak konco tipis dan konco palsu di hidup saya. Banyak sekali orang yang saya kira sahabat, tapi ternyata ngrasani di belakang. Hal itu membuat saya bener-bener selektif dan nggak asal membuka diri untuk dapetin sahabat baru. Biarpun saya punya geng saat saya sekolah di bangku SMA dan kuliah, tapi tetep aja "klik" tersebut nggak pernah kerasa.

Tahun demi tahun berlalu. Teman semakin lama semakin habis. Satu per satu temen-temen mulai pergi ninggalin Jogja. Sibuk dengan hidup barunya, keluarga barunya, karir barunya. Termasuk juga saya. Lalu saya mulai merasa kehilangan. Saya berusaha mengingat-ingat perjalanan saya bersama mereka. Tak sulit karena kenangannya banyak sekali. Dan, perlahan saya menyadari. Ternyata saya punya banyak sahabat.

Untold best friends. Sahabat yang nggak pernah saya sadari sebelumnya. Sahabat yang selama ini hanya jadi figuran di hidup saya dan nggak saya anggap sahabat. Cuma saya anggap temen biasa padahal mereka selalu ngajakin saya main, makan bareng, nonton bareng, bahkan hanya untuk goblok-goblokan barengan. Beberapa dari older circle bahkan suka ngajakin mengenang yang dulu-dulu. Inget-inget masa kejayaan di masa muda. Mereka semua ternyata baik, masih ingat saya dan bahkan ternyata saya selalu mencari mereka saat saya butuh sesuatu (hal yang nggak saya sadari sebelumnya). Mereka selalu ada di tiap fase di hidup saya. Menyelamati saya saat lulus, menyemangati saya saat down di kerjaan, dateng di nikahan saya dan ikut berbahagia bersama. Oh my God (me bursting into tears while writing this). Ternyata saya sahabat yang jahat. Bahkan saya nggak menganggap mereka sahabat, padahal mereka sayang banget sama saya.

Gimana sih rasanya saat pikiranmu terbelenggu oleh pikiran bahwa kamu hanya punya sahabat di masa lalu dan ogah punya sahabat baru karena trauma kehilangan sahabat lagi, tapi nyatanya tanpa disadari kamu punya sahabat-sahabat baru yang selalu kamu repotin, dan selalu ada buatmu. Yang nggak pernah kamu sadari sebelumnya. Yang nggak hanya memenuhi kriteria di atas, namun juga masih tetep stay di sini dan di hati, at least sampe hari ini. Yang meskipun beda-beda kota tapi tetep jaga tali silaturahmi. Biar pun nggak kamu anggep sahabat, tapi kamu selalu butuh mereka dan mereka selalu ada buatmu. Dan, setelah waktu-waktu berlalu, baru lah kamu sadar bahwa ternyata mereka lah sahabatmu sesungguhnya.

Dulu, saya sering iri ngeliat temen-temen yang posting feed di instagram tentang para sahabatnya dari kecil yang bertahan sampe sekarang. Saya ngerasa pathetic karena nggak punya sahabat yang dari masa ABG masih bareng-bareng. Gimana mau bareng kalo mereka udah ngga inget lagi punya sahabat yaitu saya? Tapi sekarang saya sadar bahwa persahabatan bukan dinilai dari lamanya persahabatan itu sendiri. Persahabatan dinilai dari seberapa besar rasa sayang dan kepedulian antar sahabat. Seberapa banyak hal yang bisa dihabiskan bersama, seberapa kuat persahabatan terjalin saat masalah hidup sudah jauh lebih kompleks dari hanya sekedar rebutan cowok di sekolah. Juga gimana persahabatan tetep ada meskipun jarak udah mulai berjauhan. Dan yang paling penting, seberapa toleran satu sama lain dalam menghadapi perbedaan pikiran dan prinsip hidup. 

So I am gonna dedicate this post to my dear untold best friends: kunyit, pocketcha, cotton candy, kembang and husband, cheeque, and many others which I'm forgotten to be written here. Mereka berada di beberapa lapisan hidup saya, ada yang dari SMP ada yang dari kuliah. Ada dari mereka yang akhirnya kenal karena ketemu di circle lain, bahkan ada dari mereka yang tadinya nggak kenal malah jadi menikah karena saya jodohin. Well guys, i am gonna say I LOVE YOU and YOU GUYS ARE TRULY MY BEST FRIENDS! Thank you for being alive in my whole life and be some parts of my happiness and miserable things in my life. Thank you for wiping my tears, cheering up my life, and many other things I can't even say. Hiks. 




Terima kasih udah menyadarkan saya, bahwa sahabat nggak melulu soal waktu.

Sincerely,



0 komentar