Mimpi


Mata terpejam. Mimpi pun dimulai. Entah apa maksud Tuhan menitipkan mimpi di ujung kelelahan malam. Mungkin hanya bunga tidur. Atau hanya untuk mengingatkan bahwa saat itu pernah ada.

Tak ada siapapun yang bisa memilih mimpi mana yang ingin dituju. Ketika mimpi dihembuskan, tak satupun kita bisa mengatur akhir ceritanya. Pun, kita hanya bisa menikmati. Biarpun sudut hati yang tak tersentuh akhirnya tersapu lagi.

Menjalani mimpi yang tak terduga. Tak ku sangka mimpi itu yang dipilih Tuhan untuk melepas malamku. Tak peduli apa dan bagaimana. Tapi aku tau, mungkin dengan cara itulah Tuhan memberitahuku bahwa kepingan tersebut pernah akan ditempelkan lagi. Dengan cara itu, Tuhan memberitahu bahwa mungkin saat itu pernah ada mulut yang jujur berkata.

Aku tak bisa memutuskan kapan akan mengakhiri mimpi. Ketika mataku terbuka karena mimpi telah usai, aku hanya tersenyum. Dunia sudah kembali. Sudah waktunya aku melupakan mimpi. Dan juga menutup sudut hati dengan tirai. Tak perlu dibuka lagi. Cukup dengan diam di situ saja. Sudah cukup.
Terima kasih mimpi. Telah mengingatkanku bahwa kepingan itu ada. Terimakasih telah merubahku untuk melihat kepingan itu dengan cara yang lebih positif. 


Saat ini, ku teringat ketika aku melemparkan kepingan itu. Melemparnya jauh-jauh. Ya, meskipun begitu, aku tak menyesalinya ketika Tuhan mengembalikannya padaku, meskipun hanya sekejap mimpi. Aku anggap itu merupakan cara Tuhan untuk mengajarkanku supaya tak mengingkari pemberiannya. Aku anggap itu merupakan cara Tuhan untuk mengajarkanku tersenyum ikhlas saat melihatnya :)


0 komentar